JAKARTA TODAY– Musim haji 2016 atau 1437 Hijriah akan segera tiba. Walau masih berjaÂrak sekitar dua bulan lagi, para jamaah sebaiknya mulai bersiap. Mulai dari fisik, mental dan penÂgetahuan manasik haji bisa diÂmatangkan sejak sekarang.
Kementerian Agama, meÂnyatakan, tahun ini akan berangkat 168.800 jamaah haji asal IndoÂnesia. Angka itu terdiri dari 155.200 haji reguler dan 13.600 haji khusus. SebÂetulnya, kuota Indonesia berÂjumlah sekitar 211 ribu orang, namun angka itu dikurangi 20 persÂen oleh pemerintah Arab Saudi karena ada proyek perluasan MasjiÂdil Haram. “Semua negara jadi wajib dikurangi kuotanya sampai 20 persen, termaÂsuk Indonesia,†kata staf teknis haji Konjen RI di Jeddah, Arsyad Hidayat, saat mengisi materi pemÂ
bekalan terhadap Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (nonkloter) Arab Saudi, di AsÂrama Haji Pondok Gede, Jaktim, kemarin.
Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah jamaah terbanyak yakni 30.088 orang diikuti oleh Jawa Timur 27.323 orang dan Jawa Tengah 23.717 orang. Provinsi lain menyusul dengan angka riÂbuan dan ratusan orang.
Para jamaah akan terbagi dalam 384 kelompok terbang (kloter) dari 13 embarÂkasi. Mereka akan mulai berangkat pada 9 Agustus 2016 dan terbagi dalam dua gelÂombang. Gelombang pertama akan berÂdatangan sejak tanggal 9 Agustus sampai 20 Agustus, sementara gelombang kedua akan mulai berangkat 23 Agustus 2016 sampai 5 September 2016.
Puncak haji akan berlangsung mulai tanggal 8 September sampai dengan 13 September. Selama durasi waktu tersebut, jutaan jamaah haji dari berbagai negara di seluruh dunia akan berkumpul di Makkah. Dari Indonesia, jumlah jamaah sebanyak 168.800 orang adalah yang terbanyak dibandingkan dengan negara lain.
Para jamaah haji reguler akan berada di Arab Saudi selama 39 hari. Gelombang satu akan menjalani ibadah di Madinah, lalu lanjut ke Makkah, sementara gelombang dua akan memulai ritual haji dari Makkah lalu pindah ke Madinah. Untuk jamaah haji khusus, durasi waktunya lebih singkat.
Di sana, para jamaah akan tinggal di pondokan dengan sejumlah fasilitas yang nyaman. Selain itu, mereka juga akan diÂlayani perjalanannya oleh bus-bus yang disediakan olah otoritas perhubungan darat Arab Saudi bernama Naqobah. Dalam waktu beberapa pekan ke depan, para jamaah dijadwalkan menÂjalani manasik haji untuk memperdalam kemampuan ibadah haji. Selama proses haji, mereka juga akan didampingi oleh tim pembimbing ibadah dan tim pelayÂanan lainnya di masing-masing kloter.
\Selain jamaah, para petugas pelayÂanan ibadah haji (PPIH) juga sudah bersiap. Total petugas yang diterjunkan tahun ini ke Arab Saudi mencapai 3.250 orang. Dari jumlah tersebut, 1.920 petugas bergabung bersama kloter, 826 petugas nonkloter, siÂsanya tenaga musiman dan para mukimin di Arab Saudi. Khusus untuk tenaga PPIH nonÂkloter, 520 orang dari Kementerian Agama, 306 dari Kementerian Kesehatan. Mereka sudah mengikuti pembekalan sejak tangÂgal 14 sampai 23 Juni 2016. Selain itu, tim PPIH yang akan bertugas di embarkasi samÂpai daerah juga sudah melakukan sejumlah persiapan. “Kita harus memberikan pelayÂanan, bimbingan dan perlindungan bagi jamaah haji. Itu tugas kita,†pesan Arsyad.
Suhu Saudi Naik
Kemenag juga menyatakan, suhu saat puncak Haji pada awal September 2016 nanti mencapai 55 derajat celcius. Bagaimana persiapan menghadapinya? Kepala Pusat Kesehatan Haji MuchtarudÂdin Mansyur menerangkan, saat ini suhu di Arab Saudi rata-rata mencapai 50 deraÂjat celcius. Kondisi ini akan terus bertahan hingga dua bulan ke depan.
“Secara teoritis terus meningkat. Bisa mencapai 55 derajat. Ini tentu sangat berbeÂda dengan cuaca kita,†kata Muchtaruddin, kemarin. Dokter yang sudah berpengalaÂman dalam urusan kesehatan haji ini menÂgatakan, tubuh manusia pada suhu tersebut membutuhkan kemampuan adaptasi yang tinggi. Karena itu, butuh persiapan sedari dini agar terhindar dari efek buruknya.
Langkah pertama yang bisa dilakukan jamaah sebelum berangkat untuk mengÂhadapi cuaca panas adalah memeriksakan kesehatan secara berkala. Jamaah harus tahu apakah ada masalah dalam tubuhÂnya. “Kalau ada gangguan jantung, ginjal, itu harus diketahui. Dari situ nanti penyaÂkitnya bisa terkendali dan dikenali tingkat parahnya,†papar Muchtaruddin.