Nasi yang semula berasal dari India ini terbuat dari cam­puran nasi dengan bumbu khas Timur dan juga bumbu khas India. Akan tetapi, pada saat para ulama Yaman hijrah ke Indonesia, racikan nasi ke­buli pun berubah sesuai den­gan citra rasa khas Indonesia. Bahan-bahan pun ditambah dengan delapan belas jenis rempah asli Indonesia. Itulah sebabnya nasi kebuli lebih dikenal berasal dari Indone­sia bukan dari India. Nasi ke­buli pun sudah mengalami beragam variasi, seperti di­campurkan daging kambing atau daging ayam sesuai selera penyantap nasi kebuli.

BACA JUGA :  Pj. Bupati Bogor Hadiri Kegiatan Prosesi Pengantar Tugas Sekjen Kementerian Dalam Negeri

“Tradisi bermula dari salat Magrib berjamaah, makan nasi kebuli bersama, lalu di­tutup dengan salat Isya bersa­ma. Bahkan, keesokan harinya akan ada sahur bersama di sini” lanjut Bapak dari dua orang anak tersebut.

Bapak Ahyat mengatakan bahwa para tamu pun tidak se­luruhnya makan nasi kebuli di Masjid Keramat Empang saja. Ada beberapa tamu yang me­milih menikmati nasi kebuli di rumah warga. Itulah alasan mengapa setiap rumah juga menyajikan nasi kebuli ketika akan melaksanakan tradisi. Para tamu yang berasal dari luar kota pun diimbau untuk menginap di rumah-rumah warga setempat ataupun di masjid sebab tradisi yang sele­sai hingga larut malam. “Tradi­si nasi kebuli sudah menjadi ciri khas Kampung Arab dan Empang,” tutup Bapak Ahyat. (Herza/Mgg/ed:Mina

BACA JUGA :  Cemilan Manis Gurih dengan Puding Pandan Thai (Kanom Piakpoon), Mudah Dibuat

 

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================