Lebih jauh dr Fredi menjelaskan karena vaksin palsu tersebut mengandung antibiotik, risiko lainnya yang munÂcul adalah bahaya reaksi alergi berat (shock anafilaktik) dan juga resistenÂsi. Keduanya merupakan risiko dari pemÂberian antibiotik sembarangan.
“Kalau vaksin asli kan sudah meÂlalui good manufacuring practice (GMP) ada quality kontrol. Ini kan bikin-bikin sendiri oplos sendiri, bisa bayangkan kacau banget keamanannya tidak terÂjamin sama sekali. Kalau antibiÂotik yang kita takutkan itu reaksi alergi berat. Bisa juga ke arah resisÂtensi karena orang nggak ada indikasi tapi malah dikasih antibiotik,†lanjut dr Fredi.
Ia berharap, semua aliansi masyrakat untuk lebih waspada, sebab ini menyangkut masa depan bayi-bayi dalam masa pertumbuhannya. “Kasus ini harus diusut tuntas, polisi, pemerintah, rumah sakt dan masyaraÂkat harus anÂtisipasi,†pungkasÂnya.