Tirta mengatakan, ekonomi global akan tum­buh lebih lambat karena efek Brexit. Cerainya Inggris dari Uni Eropa ini berpo­tensi memperlambat per­tumbuhan ekonomi negara maju dan beberapa negara berkembang yang memiliki hubungan kuat dengan Ing­gris dan Uni Eropa.

Kondisi ini juga mem­buat nilai tukar rupiah men­galami apresiasi 3,4% (mtm) ke Rp 13.213 per dolar AS pada Juni 2016. Damp­ak Brexit terha­dap rupiah cenderung t e r b a t a s , dibandingkan dengan mata uang negara lain, dan han­ya berlang­sung singkat.

BACA JUGA :  Rekonsiliasi Tokoh Politik Bumi Tegar Beriman, Jelang Pilkada 2024 Pajeleran dan Bilabong Kian Harmonis

Penguatan kembali rupi­ah didukung oleh persepsi positif inves­tor terhadap p r o s p e k pereko­nomian domes­tik, se­jalan dengan pengesahan UU Pengampunan Pajak, perbaikan kondisi makroe­konomi, serta perkiraan penundaan kenaikan FFR oleh the Fed. Penguatan rupiah tersebut sejalan den­gan aliran masuk modal asing yang kembali menin­gkat setelah sempat sedikit terkoreksi akibat Brexit. Ke depan, BI akan tetap men­jaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya.

BACA JUGA :  Simak Ini! 5 Makanan yang Sering Dikonsumsi Ini Bisa Memperpendek Usia

(Abdul Kadir Basalamah/Net)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================