Oleh : Yuska Apitya
[email protected]
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan kebijakan pembangunan sejuta rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Sayangnya, masih banyak kendala dihadapi oleh pengembang, seperti kurangnya dukungan dari perbankan pelaksana KPR dan sulitnya pasokan aliran listrik.
Program sejuta rumah murah dari Pak Presiden Jokowi itu sangat bagus sekali. Artinya, dengan program tersebut, kita punya semangat yang tinggi kembali,†kata Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Eddy Ganefo di sela mengÂhadiri acara Preparatory Committee (PrepCom) 3 for Habitat III di SuraÂbaya, Senin (25/7/2016) malam.
Sayangnya, ada beberapa kendÂala yang dihadapi oleh pengembang pembangunan rumah murah untuk MBR seperti kurangnya dukungan dari perbankan pelaksana KPR.
“Kendalanya saat ini seperti lambatnya perbankan dalam melakÂsanakan akad KPR. Jadi banyak rumah yang sudah jadi, sudah ada konsumennya, tapi dalam akad KPR-nya masih sangat lambat,†tuÂturnya. “Kita berharap persoalan ini segera dievaluasi oleh perbankan pelaksana supaya lebih cepat lagi (merealisasikan KPR). Juga perlu dievaluasi oleh kementerian,†jelasÂnya.
Selain itu, juga kurang dukunÂgan pasokan listrik dari PLN, seÂhingga perbankan juga enggan meÂnyetujui KPR.
“Perbankan tidak mau meneriÂma KPR, karena belum tersedianya aliran listrik. Harusnya ada sinergi dari berbagai pihak untuk menduÂkung program sejuta rumah,†jelasÂnya.
Terkait masalah perizinan, Eddy menilai dengan dikeluarkanÂnya paket ekonomi yang ke-12 dari Presiden Jokowi, diharapkan sudah tidak menjadi kendala.
“Tapi kita menunggu peraturan teknisnya, agar kebijakan tersebut dapat dilaksanakan,†ujarnya.
Sedangkan pengadaan lahan, kata Eddy, masih bisa dimaklumi. Ia mengakui, untuk mencari lahan untuk rumah murah di tengah kota memang sulit, sehingga dipilihlah lokasi di kawasan pinggiran.
“Kalau mau ambil rumah murah di dalam kota itu nggak mungkin, karena tidak sesuai dengan harga lahannya,†terangnya.
“Meskipun di daerah pinggiran tidak apa-apa, yang penting pemerÂintah daerah setempat menyiapkan fasilitas jalannya, infrastruktur, maupun angkutan umumnya,†jelasnya.
Realisasi penjualan rumah unÂtuk MBR yang dibangun pengemÂbang dari Apersi pada tahun lalu mencapai 80.000 unit.Sedangkan hingga triwulan II tahun ini sudah mencapai 40.000-50.000 unit rumah murah yang sudah terjual.
“Tahun ini kita harapkan bisa terjual 100.000 unit atau minimal 80.000 unit,†katanya.
“Kita optimistis bisa mencaÂpai 100.000 unit. Apalagi dengan kebijakan tax amnesty, dana repaÂtriasi bisa diinvestasikan di properti atau mengembangkan perumahan, karena inilah saatnya membeli. Dan saya yakin dalam 6 bulan ke depan, properti ini akan bangkit dan boomÂing kembali,†tandasnya.
Pada umumnya developer menawarkan berbagai penawaran terkait skema pembayaran kepada para konsumen yang berniat memÂbeli produk propertinya. Seperti tunai keras, tunai bertahap, dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).