stand_takaful_ibf_2015JAKARTA, TODAY – Industri asuransi syariah terus meng­geliat. Hingga semester I-2016, total premi asuransi syariah baik jiwa maupun umum tum­buh 26,45% menjadi Rp 30,6 triliun. Pertumbuhan premi asuransi syariah itu lebih tinggi ketimbang pertumbu­han premi asuransi konven­sional.

Diversifikasi produk asur­ansi syariah membuat per­tumbuhan premi melaju. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pertumbu­han premi asuransi jiwa sya­riah dan asuransi umum sya­riah masing-masing tumbuh 21,1% dan 28,8%. Kinerja ini cukup ciamik dibandingkan pertumbuhan premi asuransi konvensional yang hanya 12%-18%.

Taufik Marjunihadi, Ketua Asosiasi Asuransi Syariah In­donesia (AASI) menyebut be­berapa faktor penyebab per­tumbuhan premi. Pertama, gencarnya literasi produk asuransi syariah sejak awal tahun. Ini didukung jumlah agen syariah asuransi jiwa yang mencapai 200.000 agen. Kedua, jumlah pemain asur­ansi bertambah menjadi 45 perusahaan.

BACA JUGA :  Menu Sederhana dengan Sayur Daun Ubi Tumbuk yang Gurih dan Harum

“Ada juga unit usaha sya­riah yang telah beroperasi penuh. Plus, beroperasinya reasuransi syariah berdampak pada ramainya asuransi sya­riah,” kata Taufik, Rabu (17/8).

Faktor Ketiga, inovasi produk asuransi syariah ter­utama adanya konsorsium asuransi haji. Firman Sofyan, Direktur Utama Asuransi Jasindo Syariah mengakui, diversifikasi produk menjadi tonggak pertumbuhan bisnis asuransi syariah. Selain itu, jalur distribusi asuransi sya­riah makin bertambah yakni tidak lagi mengandalkan mul­tifinance tapi juga merambah ke perbankan.

Penetrasi masih kecil

Meski pertumbuhan asur­ansi syariah lebih kencang ketimbang asuransi konven­sional, pangsa pasar asuransi syariah terbilang masih kecil. Data OJK menyebut, penetrasi asuransi syariah baru 0,1% dari total populasi. Karena itu potensi pertumbuhan juga masih besar.

BACA JUGA :  Kecelakaan Beruntun 3 Kendaraan di Jalan Raya Ngawi-Solo, Tewaskan 1 Orang

Memasuki semester II, premi asuransi syariah di­proyeksikan tumbuh lebih kencang. Taufik memperki­rakan, hingga akhir 2016, premi asuransi syariah akan tumbuh 25%-30%.

“Kami akan secara mas­sive memperbesar pasar ko­rporasi guna mendongkrak premi,” tutur dia. Ke depan, AASI memanfaatkan jalur dis­tribusi lewat broker dan pial­ang yang belum maksimal.

Jasindo Syariah optimis­tis perolehan premi pada semester II lebih deras. Ter­lebih asuransi ini akan me­masarkan produk terbaru yakni asuransi ketidakmam­puan perluasan pembiayaan. Produk ini melindungi risiko kredit yang disalurkan bank atau multifinance. Seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit multiguna. (Imam/kontan)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================