c0g23zwuuaaggug

Alfian Mujani

[email protected]

MABES Polri memberikan klarifikasi mengenai temuan secarik kertas yang disebut berisi pernyataan kesediaan para terduga teroris di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat menjadi ‘pengantin’ atau siap menjadi pelaku bom bunuh diri.

Surat tersebut ditemukan sebagai salah satu barang bukti pada penggerebekan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri, kemarin.

“Bukan ya, ini surat pernyataan saja bahwa Abu Fais cs sebagai pemimpin. Abu Fais ini seperti intruksi pada kelompoknya,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigadir Jenderal Rikwanto di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (26/12).

Rikwanto menjelaskan, surat tersebut isinya lebih kepada seruan untuk menentang aparat kepolisian dan serangan di malam pergantian tahun 2017, bukan menyatakan siap sebagai pengantin.

Sebelumnya, Kapolda Jawa Barat Inspektur Jenderal Anton Charliyan, menyebut dalam penggerebekan pihaknya turut menyita beberapa barang bukti, di antaranya adalah surat ‘pengantin’. “Ada beberapa barang bukti yang kami peroleh. Ada golok dan surat terkait ‘amaliah’ bersedia untuk menjadi ‘pengantin’,” kata Anton.

Adapun petikan dalam surat tersebut yang ditulis dalam selembar kertas bertuliskan tangan:

“Wahai kalian bala tentara Thogut sesungguhnya hari ini dan seterusnya akan menjadi hari-hari yang dipenuhi ketakutan dan hari yang kelam bagi kalian.

Kami akan mendatangi kalian di mana saja kalian berada, kami akan mengintai pos-pos kalian, rumah-rumah kalian, baik itu di tempat keramaian atau sepi, siang atau malam.

Kami akan jadikan sisa-sisa umur kalian di ujung pisau-pisau kami jikalau engkau tidak bertaubat dari kekafiran dan kedzaliman kalian dari pada kaum Muslimin.”

Surat yang dibuat itu mengatasnamakan Junud Khilafah Islamiyah Nusantara.

Tak Ada Bom

Rikwanto melanjutkan, dalam penggeledahan tersebut polisi tidak menemukan adanya bahan peledak, atau bom. Selain surat tersebut, petugas hanya menemukan beberapa senjata tajam, buku agama, sepatu, dompet dan telepon genggam beserta simcard operator seluler.

BACA JUGA :  Minuman Pelepas Dahaga dengan Es Cincau Serut Gula Merah yang Manis Pas

Selain menggeledah rumah apung Jatiluhur, kata Rikwanto, petugas juga menggeledah rumah indekos para terduga teroris sebelumnya di kawasan Bandung, Jawa Barat.

Hasilnya, ada beberapa peralatan seperti paku berbagai ukuran dengan alat pengukur berat. “Setelah dilakukan penggeledahan kontrakan di Bandung, kami temukan banyak peralatan seperti paku berbagai macam ukuran, kemudian timbangan dan memang tidak ada bahan-bahan bom,” ujar dia.

Namun, polisi mencurigai ada indikasi para terduga teroris tengah berniat membuat bom untuk diledakan. Menurutnya, hal itu disinyalir atas penemuan timbangan saat penggeledahan.

“Hanya saja timbangan itu mengindikasikan akan ada yang ditimbang. Hanya mungkin belum datang saja bahan-bahannya terhadap mereka. Bisa jadi akan ada kiriman, dan kapan itu akan kami dalami lagi,” kata dia.

Densus 88 meringkus empat terduga teroris di wilayah Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, kemarin.

Penggerebekan berawal dari penangkapan dua terduga teroris bernama Rizal dan Irfan di Kampung Ubrug, Desa Cibinong, Kecamatan Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, sekitar pukul 09.00 WIB, kemarin.

Dari keterangan keduanya, polisi kemudian bergerak menuju keramba di Waduk Jatiluhur sekira pukul 12.00 WIB. Dalam penggerebekan di Waduk Jatiluhur, dua terduga teroris, Abu Sofi dan Abu Fais melakukan perlawanan sehingga ditembak mati.

Saat ini Rizal dan Irfan sudah diamankan oleh petugas ke Markas Komando Brimob, Kelapa Dua, Depok untuk menjalani pemeriksaan. Sementara Abu Sofi dan Abu Fais yang tewas sudah diantar ke RS Polri, Kramat Jati demi keperluan autopsi.

Empat terduga teroris memilih rumah apung Waduk Jatiluhur, Jawa Barat, sebagai lokasi persembunyian karena merasa resah dengan warga. Rikwanto mengatakan, sebelum bermukim di rumah apung, mereka sempat menempati sebuah rumah kos di kawasan Bandung.

BACA JUGA :  Obat Alami Sesak Napas yang Bisa Dicoba di Rumah, Ini Dia Caranya

Namun, karena lokasinya yang berdekatan dengan masyarakat, Rizal, Irfan, Abu Sofi dan Abu Fais lebih memilih mengasingkan diri ke Waduk Jatiluhur.

Berdasarkan keterangan awal, mereka mengaku resah akibat gerak-geriknya di rumah kos sebelumnya selalu dipantau oleh warga sekitar. “Hasil interogasi awal mereka kos di daerah Bandung, tapi di Bandung kontrakan ini sering dipantau oleh warga. Masyarakat sering bertanya siapa yang tinggal di kontrakan tersebut, sehingga mereka resah akibat banyaknya pertanyaan itu,” kata Rikwanto.

Rikwanto melanjutkan, keempat teroris itu mulai menempati rumah apung di Waduk Jatiluhur sejak Selasa (20/12/2016) pekan kemarin.

Menurutnya, aktivitas yang dilakukan oleh terduga teroris tersebut lebih banyak dihabiskan di rumah apung. Mereka hanya keluar jika akan membeli makan dan mensurvei lokasi serangan.

Sejak menempati rumah apung, mereka tidak dibebani biaya oleh sang pemilik. Mereka tinggal secara gratis, dengan alasan kemanusiaan dari si pemilik.

“Mereka sewa namun dikasih gratis oleh Abah Oman yang punya tempat. Itu karena kemanusiaan saja, dilihat orang ini lusuh jadi tidak dimintakan bayaran diberikan gratis saja,” ujarnya.

Kepala Bagian Mitra Biro Penerangan Masyarakat Humas Mabes Polri Komisaris Besar Awi Setiyono, membenarkan perihal alasan keempat terduga teroris itu pindah ke rumah apung Jatiluhur.

Mereka memilih pindah dari sebuah rumah kos, di Kampung Sukamulya RT 003/ RW 25, Desa Padalarang, Kecamatan Padalarang, Bandung Barat, Jawa Barat, akibat terlalu risih dengan masyarakat sekitar.

Menyamar Pemancing

Awi mengatakan, di rumah apung mereka mengaku lebih leluasa ketimbang di rumah sebelumnya. “Dia dikejar-kejar masyarakat, jadi tidak tenang. Mereka mencari tempat yang tidak mengganggu,” ujarnya.

============================================================
============================================================
============================================================