JAKARTA TODAY- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai dampak rencana kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) Bank Sentral Amerika (The Federal Reserve/The Fed) di bulan Maret ini terhadap perekonomian Indonesia tidaklah besar.

Menurutnya, dampak kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan hanya berlangsung dalam jangka pendek saja. Sebab, rencana kenaikan suku bunga telah diketahui dan telah diantisipasi bahkan bukan hanya oleh Indonesia, namun juga seluruh negara di dunia.

“Ada dampaknya tapi tidak besar. Selama ini, semua perekonomian sudah mengantisipasi bahwa ini akan terjadi. Tapi sudah diperhitungkan (price in), misalnya (dampaknya) seminggu, lalu tenang lagi,” ujar Darmin di kantornya, Senin (6/3).

Adapun dampak yang diperkirakan hanya jangka pendek tersebut, lanjut Darmin, karena merujuk pada kondisi fundamental ekonomi Tanah Air yang diklaimnya cukup kuat.

Darmin bilang, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,02 persen sepanjang tahun lalu menjadi bukti bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat, bahkan berada di posisi tiga terbesar, setelah China 6,7 persen, dan India 7,3 persen di tahun lalu.

BACA JUGA :  Menu Makan Siang dengan Ayam Goreng Madu yang Praktis dan Lezat

Kemudian, pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat tersebut, lanjut Darmin, juga didukung dengan kinerja sektor perdagangan yang baik dengan neraca pembayaran yang bagus pula pada tahun lalu.

“Itu juga sebabnya kurs kita tidak melemah terus. Melemah tapi kemudian ada naiknya. Buktinya coba lihat dolar AS, itu tidak menguat terus. Rupiah kita di kisaran Rp13.345-13.350. Jadi, jangan dianggap ini akan ada perubahan besar,” imbuh Darmin.

Hanya saja, untuk jangka panjang, Darmin enggan memproyeksi lebih jauh dan rinci. Pasalnya, perubahan terus terjadi dan di tengah ketidakpastian ekonomi global, kondisi ekonomi terus berubah.

Namun, Darmin memastikan, pemerintah terus memantau segala pergerakan, sentimen, dan proyeksi dampak dari seluruh indikator ekonomi global, termasuk suku bunga The Fed.

BACA JUGA :  Resep Membuat Tumis Udang Cabe Hijau yang Pedas Nampol Bikin Nagih

Sebelumnya, senada dengan pemerintah, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup baik dan para pelaku pasar telah memperhitungkan dampak kenaikan FFR. “Kami melihat bahwa kondisi ekonomi dalam keadaan baik. Itu ditandai dari angka pertumbuhan ekonomi, inflasi, neraca pembayaran, dan transaksi berjalan yang terjaga. Sehingga, risiko pembalikan modal ataupun tekanan yang tidak kami kehendaki tak terjadi,” kata Agus secara terpisah.

Meski begitu, BI memastikan, akan terus memantau pergerakan The Fed sembari menjaga kestabilan gejolak nilai tukar rupiah (kurs). Untuk diketahui, The Fed berencana menaikkan suku bunganya pada Maret ini. Sebelumnya, The Fed mengerek FFR pada Desember 2016 sebesar 25 basis poin (bps).(Yuska Apitya/CNN)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================