“Jadi lulusan program studi cyber security tidak perlu khawatir soal pekerjaan. Baik lowongan didalam maupun diluar negeri. Maklum saja kebutuhannya sangat banyak namun sulit untuk mendapatkan ahlinya. Negara pun diuntungkan karena potensi ancaman di beberapa area penting bisa diminimalkan karena tersedianya SDM yang sesuai,” katanya.

Lebih dari itu, dari data 2015 ahli dibidang cyber security di Indonesia hanya ada 18 orang polisi. Dia membandingkan dengan China yang populasi pendudukanya mencapai miliaran ada 18.000 orang ahli keamanan siber. Sementara Korea sudah ada ribuan

BACA JUGA :  Siapkan Sekolah Gratis, Sahira Hotels Group Gandeng PKBM Bakti Nusa

“Perkembangan teknologi sangat cepat dan ancaman mengintai personal, bisnis dan pemerintahan. Jika SDMnya tidak disiapkan maka Indonesia akan alami masalah besar di area yang menyangkut hajat hidup orang banyak,” katanya.

Data Macquarie menyebutkan di dunia maya Indonesia termasuk negara paling rawan serangan hacker. Kurun waktu 2012-2015 sudah ada 500 orang ditangkap karena dugaan kejahatan siber. Serangannya mulai dari peretasan akun media sosial dan yang sampai merusak ialah penyadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berdampak pada tegangnya hubungan diplomatik kedua negara.

BACA JUGA :  Siapkan Sekolah Gratis, Sahira Hotels Group Gandeng PKBM Bakti Nusa

Macquarie juga menyebut ancaman lingkungan hidup juga rentan terjadi di Indonesia. Pakar Hukum Lingkungan di Macquarie University Shawkat Alam berpendapat, keahlian dibidang hukum lingkungan tidak hanya terbukti berperan melindungi alam dari pengrusakan.

Tetapi juga turut menentukan menang kalah di kancah perdagangan antar negara. Sayangnya, ujar Shawkat, seperti negara berkembang lainnya Indonesia kekurangan tenaga ahli dengan kualifikasi ini. (Yuska Apitya)

Halaman:
« ‹ 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================