Kendati begitu, harga minyak Brent masih menguat US$0,26 ke angka US$53,87 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun US$0,4 ke angka US$50,73 per barel. Kedua harga patokan minyak itu menanjak selama delapan sesi berturut-turut dan membawa harga minyak terbang 16 persen dari titik terendahnya awal bulan ini.

Beberapa analis mengatakan bahwa pembatasan yang semakin dalam diperlukan untuk menyeimbangkan pasar. Tapi, sejauh ini, pemangkasan itu merangsang perusahaan migas AS untuk meningkatkan produksi migas non-konvensional.

BACA JUGA :  Pj Wali Kota Bogor Minta Tingkatkan Program DWP Sampai ke Unit

“Kami melihat bahwa surplus baru akan terjadi tahun depan jika kapasitas produksi OPEC dan Rusia meningkat ke level terbarunya dan pertumbuhan produksi minyak non-konvensional AS bertumbuh di tingkat yang tidak teratur,” ujar riset Goldman Sachs. Perusahaan minyak AS diketahui menambah pengeboran untuk 18 pekan berturut-turut karena dimotivasi oleh kenaikan harga minyak yang mencapai level tertinggi sejak pertengahan 2015. Produksi minyak AS telah menyentuh 9,3 juta barel per hari atau meningkat 900 ribu barel per hari sejak pertengahan 2016 silam.

BACA JUGA :  Waspada Potensi Tsunami, Gunung Ruang Sitaro Kembali Status Awas Usai Erupsi

Selain itu, pemangkasan produksi OPEC memaksa konsumen untuk mencari pemasok minyak alternatif. Menteri Perminyakan dan Gas Alam India mengatakan bahwa negaranya mempertimbangkan AS dan Kanada untuk mau memasok minyak ke negara Asia Selatan itu. (Yuska Apitya)

Halaman:
« ‹ 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================