JAKARTA – Mars kerap dianggap sebagai planet yang paling potensial untuk dihuni manusia ketika suatu ketika kondisi Bumi tak lagi tertolong. Dibanding planet lain, Mars berada di jarak terdekat dengan Bumi, serta sejumlah kemiripan lainnya.

Kendati demikian, Mars merupakan planet yang mengalami perubahan iklim paling ekstrem. Atmosfernya yang dulu tebal dan penuh dengan air mulai menipis bahkan mulai menghilang saat ini.

Di masa lampau, planet Merah bisa jadi sempat yang bisa dihuni. Namun, atmosfernya yang semakin tipis kini tak memungkinkan makhluk hidup untuk mendiami Mars.

BACA JUGA :  Wajib Tahu! Ini Dia Minuman Pereda Asam Lambung yang Bisa Dicoba di Rumah

Iklim Mars berubah karena berbagai faktor, termasuk lapisan es, uap air dan badai debu. Terkadang, badai debu raksasa bisa menyelimuti seluruh planet dan berlangsung berbulan-bulan, mengubah langit menjadi kabur dan merah.

Mengutip Space, atmosfer Mars yang 100 kali lebih tipis dari Bumi terbuat dari 95 persen karbon dioksida. Sebanyak 2,7 terdiri atas Nitrogen, 1,6 persen dari Argon. Sementara oksigen dan karbon monoksida masing-masing menyumbang 3,13 persen dan 0,0 persen.

BACA JUGA :  5 Penyebab Kena Diare Setelah Lebaran

Atmosfernya juga membawa air, nitrogen oksida, neon, hidrogen-deuterium-oksigen, kripton dan xenon dalam jumlah yang sangat sedikit.

Kembali ke 3,5 miliar tahun lalu, Mars memiliki atmosfer yang mencukupkan air untuk ada di permukaannya. Gambar orbit menunjukkan dataran sungai yang luas dan kemungkinan batas laut.

Beberapa rover Mars juga telah menemukan bukti adanya batuan yang terendam air di permukaan (seperti hematit atau tanah liat). Namun, untuk alasan yang masih kurang dipahami, atmosfer Mars menipis.

============================================================
============================================================
============================================================