OLEH : Heru B Setyawan, S.Pd.PKn

(Relawan Syam Mania & Guru SMA Pesat)

UNTUK ke dua kalinya penulis menulis opini tentang pandemi virus corona di Bogor Today online ini, yang pertama dengan judul “Virus Corona, Saatnya Mengamalkan Sila-Sila Pancasila” pada tanggal 31 Maret 2020. Pada opini pertama ini, tinjauan penulis melihat dari sudut pandang pengamalan sila-sila dari Pancasila sebagai dasar negara bangsa Indonesia. Hal ini wajar karena penulis adalah Guru PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) di SMA Pesat Kota Bogor.

Pada kesempatan opini ke dua ini, penulis akan meninjau dari segi sosial masyarakat dan kehidupan beragama, yang penulis lihat dan rasakan sendiri, sebagai wong cilik yang hidup bermasyarakat dan bernegara di negeri zambrut katulistiwa ini. Baik apa saja yang bisa kita ambil hikmah dan ibrah (pelajaran) dari pandemi virus corona ini. Dan mengapa hikmah dari pandemi virus corona ini…Allah kangen sama kita?

Pertama, tiap hari kita sebagian besar selalu melupakan atau menomor duakan Allah. Dari bangun tidur kebiasaan kita adalah membuka HP, dari pada misal untuk mengambil air wudu dulu, shalat dan baca Al Qur’an. Kita harus jujur, lebih lama membaca HP atau membaca Al Qur’an selama sehari.

Dalam perjalananpun entah itu di mobil, bus atau kereta kita lebih tertarik untuk membaca HP atau koran dari pada membaca Al Qur’an, dzikir dan sholawat. Pokoknya kita sebagian besar jauh dari Allah dalam situasi apapun.

Selelah sampai di kantor, jika kita bekerja, seharian kita bisa fokus dan serius bekerja menyelesaikan tugas-tugas kita dengan penuh tanggung jawab, karena harus tepat waktu agar bos kita tidak marah dan tambah sayang pada kita.

Tapi kita lupa untuk shalat duha, diantara kesibukan kerja kita. Pas jam istirahat, pertama kali yang dilakukan ya pasti makan siang, bukan shalat dulu. Untuk urusan dunia dan bos pasti cepat dan tepat waktu, tapi untuk urusan ibadah dan Allah, kita termasuk Gontarlu (Golongan ntar dulu).

Setelah sampai rumahpun, kita sebagian besar nonton TV dari pada baca buku agama untuk menambah wawasan agama kita atau membaca Kitab Suci Al Qur’an magrib samapai isya. Shalat magrib, isya dan subuh juga di rumah, hanya Masjid tertentu yang penuh shalat wajib tiap hari. Dan ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh DMI (Dewan Masjid Indonesia) pimpinan JK ini.

BACA JUGA :  Kecelakaan Maut di Labuan Bajo NTT Tewaskan Remaja asal Rote Ndao usai Jatuh dari Motor

DMI menyimpulkan rata-rata jumlah shalat wajib berjamaah di Indonesia hanya 10 %. Secara fakta benar adanya, contohnya adalah di Masjid Masya yang ada di perumahan penulis. Jumlah shalat wajib berjamaah di Masjid Masya adalah sebagai berikut: Subuh 3-4 shaf, duhur dan ashar 1 shaf (karena jam kerja), magrib hampir penuh yaitu 9 shaf dan isya 4-5 shaf.

Kedua, tiap minggu (pekan) kita sebagian besar selalu melupakan atau menomor duakan Allah. Seminggu ada 7 hari, ini biasanya kita pakai 5 hari untuk bekerja dan 2 hari untuk libur. Dua hari libur ini biasanya kita pakai untuk urusan keluarga, arisan, kondangan, menggeluti hoby kita, santai, kuliner, olahraga dan lain-lain.

Kegiatan ini baik dan sah-sah saja, tapi waktu 2 hari habis hanya untuk urusan dunia saja, meski kita bisa niatkan urusan dunia ini untuk ibadah sehingga dapat pahala, tapi rasanya sulit, karena jika kita melakukan hal-hal yang disebutkan di atas biasanya kita lupa sama Allah.

Harusnya 2 hari libur ini kita agendakan untuk 1 hari saja, bisa ikut kuliah subuh, pengajian, kajian agama, tabligh akbar atau sholawatan. Sering kita beralasan tidak bisa hadir di pengajian karena ada acara kondangan dan seribu alasan yang lain.

Ketiga, tiap bulan kita sebagian besar selalu melupakan atau menomor duakan Allah. Setiap bulan terima gaji, biasanya kita mengagendakan kebutuhan yang konsumtif dan mengikuti nafsu duniawi kita. Jarang tiap bulan kita mendahulukan untuk bersedekah dari gaji kita. Padahal sedekah itu tidak bisa mendahului bencana, dan hal ini sangat sesuai dengan kondisi pandemi virus corona yang sedang dihadapi di seluruh dunia.

Keempat, tiap tahun kita sebagian besar selalu melupakan atau menomor duakan Allah. Setiap tahun kita sudah jauh-jauh hari untuk mempersiapkan mudik pulang ke kampung halaman kita, dengan membeli tiket pesawat terbang, bus dan kereta api.

BACA JUGA :  Nobar Timnas Garuda Muda di Kabupaten Bogor, Rudy Susmanto: Doakan Skuad Besutan Shin Tae-yong Lawan Irak dan Raih Tiket Olimpiade Paris 2024

Tapi sayang tradisi mudik yang bagus ini, kita salah dalam menyingkapinya. Budaya mudik ini, biasanya sarana untuk pamer jabatan dan kemewahan duniawi. Pulang kampung dengan membawa mobil mewah, tanpa ada rasa peduli dengan tetangga yang kurang beruntung.

Adalah lebih bijaksana, misal yang punya mobil alphard, pulang mudik bawa mobil innova atau avanza saja. Yang parah, jika sombong dan gengsi, yaitu nyewa alphard untuk pulang mudik agar kelihatan kaya. Harusnya tetap diusahakan mudik dengan sederhana, menomor satukan mutu puasa kita dan lebih mementingkan serta mempersiapkan pulang sebenarnya, yaitu pulang ke kampung akhirat.

Kelima, seumur hidup kita sebagian besar selalu melupakan atau menomor duakan Allah. Orang hidup sebagian besar biasanya setelah bekerja adalah: menikah, punya kendaraan motor/mobil, punya rumah, punya tabungan/investasi, ingin renovasi rumah, atau tambah rumah, ke luar negeri, ikut asuransi dan membiayai kuliah anaknya.

Sampai lupa memikirkan dan mempersiapkan dana untuk umrah atau haji. Alasan klasiknya adalah untuk umrah atau haji belum siap dan kita belum mampu. Padahal beli mobil dan rumah saja mampu.

Dengan pandemi virus corona ini, Allah memaksa kita untuk lockdown, meski pemerintah tidak mau menerapkan lockdown. Ya kita dipaksa oleh Allah untuk sementara waktu berada di rumah. Kita disuruh oleh Allah untuk membersihkan dosa-dosa kita yang angat banyak, dengan muhasabah, berdzikr, bersholawat, shalat dan berdoa dengan orang-orang yang kita cintai.

Bukankah kata panutan muslim Rosul SAW mengatakan rumahku adalah surgaku (baiti jannati), jadi surga itu sangat dekat ternyata ada di rumah kita sendiri, orang barat menyebutnya dengan home sweet home. Jadi surga bukan di hotel, cafe, mall, atau tempat hiburan yang lain.

InsyaAllah..Allah sudah tidak kangen lagi pada kita, jika kita mulai sekarang untuk selalu ingat kepada Allah dan selalu menomor satukan Allah dalam situasi apapun. Jayalah Indonesiaku. (*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================