Bagaimana cara penyelesainya, sumberdaya petani, produsen tahu tempe dan pemerintah menjadi acuan utama dalam mengalokasikan kebutuhan kedalai Indonesia.

Persoalan petani enggan untuk menanam kedelai disebabkan harga jual kedelai yang kurang dari harga normal dan kurang menarik di pasar lokal, dengan fluktuasi harga impor kedelai lebih mahal dari pada harga kedelai lokal.

Dan hal tesebut juga berkaitan dengan ketersedian areal panen kedelai diantaranya; (1) produktivitas yang masih rendah, sehingga kurang menguntungkan dibandingkan komoditas pesaing lainnya;

BACA JUGA :  Kecelakaan Maut, KA Siliwangi Tabrak Motor di Sukabumi, Pasutri Tewas

(2) belum berkembangnya industri perbenihan kedelai; (3) keterampilan sebagian besar petani masih rendah;

(4) rentan terhadap gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT); (5) belum berkembangnya pola kemitraan, karena sektor swasta belum tertarik untuk mengembangkan agribisnis kedelai pada subsistem produksi; dan

(6) kebijakan perdagangan yang menghapuskan tarif impor, sehinga harga kedelai impor lebih murah dari kedelai produksi dalam negeri.

BACA JUGA :  Membahas Koalisi, Golkar Ajak Demokrat Bernostalgia di Pilkada 2024

Point persoalan tersebut menjadi landasan utama untuk mengoptimalkan kembali produksi kedelai dalam negeri, dengan memperluas arel penanaman kedelai dan menurunkan harga impor dengan memanfaatkan produksi kedelai lokal.

Kedelai akan menjadi komuditas yang peningkatan peminatnya semakin banyak disetiap tahunnya, oleh karena itu pemerintah seharusnya bisa menekan kembali dan mengatur harga kedelai yang tidak merugikan petani, pedagang (produsen-konsumen). (*)

Halaman:
« ‹ 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================