JAKARTA TODAY – Kedutaan Besar Palestina di Jakarta meminta dukungan kepada pemerintah Indonesia untuk mengakhiri tindakan kekerasan yang dilakukan Israel. Permintaan itu disampaikan dalam rilis peringatan hari Nakba yang jatuh setiap tanggal 15 Mei.

Hari Nakba merupakan peringatan bangsa Palestina diusir dari tanahnya sendiri oleh Israel.

“Kami memohon kepada pemerintah Indonesia dan semua pendukung Palestina merdeka di negara ini, untuk campur tangan dan mengaktifkan mekanisme hukum internasional dan hukum humaniter internasional, untuk meminta pertanggungjawaban pendudukan Israel atas pelanggaran terus menerus terhadap warga sipil Palestina,” katanya dalam pernyataan resmi yang diterima media ini, Senin (17/5/2021).

Baca juga : Meski Ada Protes, Netanyahu Ogah Hentikan Pengeboman Gaza

Komunitas internasional, lanjut pernyataan itu, harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membantu menghentikan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina.

Sekarang adalah waktunya untuk menyadari bahwa jika suatu negara berada di bawah pendudukan orang asing yang membatasi penduduk aslinya dengan sebidang tanah, seseorang tak bisa lagi berkata netral, kata pernyataan Kedubes Palestina itu.

BACA JUGA :  Pemkab Bogor Berkomitmen Tingkatkan Nilai MCP Pada Tahun 2024

Baca juga : Tiga Pemimpin Negara Asia Mengutuk Kekerasan Tindakan Zionis Israel

Nakba merupakan akar penyebab dari apa yang terjadi hari ini di Palestina. Peristiwa itu mengacu pada ledakan massal dan pembersihan etnis terhadap orang-orang, kota, desa di tangan kelompok pemukim Yahudi ekstrimis.

Baca juga : Penjajah Zionis Israel Bombardir Rumah Pimpinan Hamas

Insiden tersebut merupakan malapetaka bagi Palestina sejak 1948, bahkan hingga kini. Kejadian itu membuat banyak penduduk Palestina yang mengungsi dan tak pernah kembali.

“Nakba bukanlah peristiwa masa lalu, (hal) itu kini tengah berlangsung,” ujarnya.

Menurut pernyataan itu, Israel tak merasa cukup dengan mengambil alih tanah Palestina hingga 78 persen dengan cara paksa.

Sisa-sisa tanah, pengusiran paksa dan penindasan tak pernah berhenti barang cuma satu hari.

Proyek kolonial pemukiman Israel di Palestina, katanya, sejak awal sudah berusaha menyingkirkan warga Palestina dari rumah dan tanah mereka. Eskalasi dan serangan belakangan ini terhadap rakyat Palestina hanya dapat dipahami dengan konteks itu.

BACA JUGA :  Hadirkan Program ARIT PA ARI Selama Bulan Ramadhan, Untuk Tingkatkan Masyarakat Taat Pajak Kendaran

“Sekarang, semua organisasi hak asasi manusia setuju bahwa faktanya kita hidup dalam situasi apartheid dan kejahatan yang dilakukan terhadap Palestina adalah kejahatan perang,” ucap pernyataan itu.

Menurut pernyataan itu, pengusiran keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem, adalah bagian dari kebijakan eksplisit Israel untuk mengurangi jumlah warga Palestina di kota yang diduduki.

Peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya di Masjid al Aqsa, Yerusalem selama Ramadan, dan sebelum orang-orang Palestina merayakan Paskah, adalah upaya yang disengaja oleh penguasa pendudukan untuk menyulut api lebih besar.

Gaza yang sudah terputus dari dunia luar selama 15 tahun, kini berada dalam kepungan permanen Israel.

Teriakan dan tangisan anak-anak, sementara orang tua mereka tak dapat melindungi lantaran diselimuti rasa takut, semakin memperburuk gambaran situasi di Palestina.

“Semua ini terjadi di bawah pengawasan komunitas internasional yang sangat prihatin. Senjata dan teknologi pengawasan yang dibeli negara ini, telah diuji pada kami.” (isa/cnn/B. Supriyadi)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================