Perajin saat membuat kerajinan peci bambu di Kampung Parung Sapi Mbah Muhyiddin, RT 02/010, Desa Sipak, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Foto : Didin/CR.

BOGOR-TODAY.COM, BOGOR – Pada umumnya peci atau kopiah terbuat dari bahan kain. Namun berkat kreatifitas dan keterampilan warga Kampung Parung Sapi Mbah Muhyiddin RT 02/010, Desa Sipak, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor peci tersebut disulap hanya dengan memanfaatkan potensi alam di sekitar, yakni Bambu.

Adalah Iwan, salah satu perajin peci bambu yang telah menggeluti usahanya sejak 1,5 tahun silam. Dengan bahan dasar jenis bambu apus atau lebih dikenal dengan sebutan bambu tali.

Dalam satu hari, Iwan mampu memproduksi lima hingga tujuh buah peci per harinya dibantu dengan tujuh orang pekerja.

Iwan menuturkan, untuk menjadi bahan anyaman, bambu terlebih dahulu dipotong menjadi beberapa bagian kecil, diserut agar halus dan diberi pewarna. Bambu lalu dibentuk menjadi bahan anyaman dengan ukuran setengah meter. Bahan inilah yang digunakan untuk membuat berbagai jenis kerajinan dari bambu, salah satunya peci.

BACA JUGA :  Cek Lokasi SIM Keliling Kota Bogor, Senin 22 April 2024

Untuk memasarkannya, Iwan mengaku hanya memanfaatkan media sosial Facebook, tak jarang ia juga menjualnya langsung saat pengunjung wisata religi berziarah ke makam Syekh Muhyiddin yang berada di desa tersebut.

“Untuk harga satuan, biasanya dijual Rp50 hingga Rp60 ribu,” kata Iwan, saat bogor-today.com menyambangi kediamannya, Jumat (13/8/2021).

Namun, usaha yang telah ia rintis itu terus mengalami penurunan sejak merebaknya pandemi Covid-19. Menurutnya, banyaknya kendala yang dihadapi, mulai dari tidak adanya pengunjung yang berziarah karena Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat hingga sumber daya manusia (SDM).

“Selain terkendala alat, tenaga dan pemasaran, tuntutan kebutuhan sehari-hari untuk anak istri membuat saya tidak bisa fokus,” ungkapnya.

Iwan mengaku, meski telah berupaya untuk bangkit dan terus mengembangkan usahanya itu, namun karena kondisi saat ini yang tidak memungkinkan terpaksa Iwan menghentikan kerajinan itu dan beralih profesi dengan pekerjaan yang penghasilannya tak pasti agar kebutuhan sehari hari dapat terpenuhi.

BACA JUGA :  Soal PPDB 2024, DPRD Kota Bogor Minta Disdik Persiapkan Dengan Baik

“Untuk kebutuhan sehari-hari kan harus tetap terpenuhi seperti jajan anak, kan gak bisa dibatasi,” lirihnya.

Disinggung terkait bantuan dari pemerintah, Iwan menegaskan belum pernah mendapatkannya, meski pemerintah desa (pemdes) telah menjanjikan untuk bergabung menjadi anggota Usaha mikro Kecil Menengah (UMKM) desa.

Senada dengan Iwan, Efih yang juga salah satu perajin serupa mengungkapkan hingga saat ini belum adanya bantuan dari pemdes setempat untuk mengatasi kendala tersebut.

“Dari pihak kecamatan juga sudah datang beberapa bulan lalu. Katanya sedang mengupayakan mau ada pelatihan dan bantuan dari program Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) tapi gitu sama semua belum ada realisasi dan tindak lanjutnya,” tutup Mada, sapaan akrabnya. (Didin/CR).

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================