Selain itu, kata Daryono gempa di Laut Flores M 7,4 tersebut dipicu sesar aktif yang belum terpetakan. Sehingga, itu menjadi tantangan bagi para ahli kebumian untuk mengidentifikasi dan memetakan, guna melengkapi peta sumber dan bahaya gempa di Indonesia.
Untuk diketahui, gempa yang terjadi di NTT pada Selasa (14/12/2021) merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktifitas sesar aktif di Laut Flores, dengan mekanisme pergerakan geser-mendatar (strike slip).
Meski pusat gempa ini terletak dekat jalur sumber gempa Sesar Naik Flores (Flores Thrust), tetapi pembangkit gempa ini bukan Sesar Naik Flores. Sesar Naik Flores memiliki mekanisme naik, sedangkan gempa ini memiliki mekanimse geser-mendatar.
Usai gempa M 7,4 terjadi BMKG sempat memberi sinyal ‘waspada’ tsunami di beberapa wilayah seperti Flores Timur Bagian Utara, Pulau Sikka, Sikka bagian utara dan Pulau Lembata.
Namun setelah sekitar dua jam memberi peringatan dini tsunami, status tersebut dicabut pada pukul 12.27 WIB. (*)