Pamer Alat Kelamin
Mengenal Ekshibisionisme, Pamer Alat Kelamin di Depan Umum. Foto : Ilustrasi.

BOGOR-TODAY.COM – Belakangan ini sejumlah pria kerap pamer alat kelamin di depan umum. Tak sedikit, korban yang didominasi wanita mengalami trauma.

Baru-baru ini, di Bogor, Jawa Barat aksi pamer alat kelamin menimpa seorang wisatawan di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

Peristiwa itu berawal saat Melati (bukan nama sebenarnya) hendak menunaikan Salat Dzuhur di lokasi wisata.

Ketika menuju tempat wudhu, ia melihat seorang pria di kamar mandi perempuan. Pria itu tampak memperlihatkan alat kelaminnya pada Melati.

Melihat aksi tak senonoh, Melati bergegas lari dan meminta pertolongan juru parkir di lokasi. Sementara pelaku langsung melarikan diri.

Kapolsek Cisarua, Kompol Supri membenarkan adanya dugaan wisatawan dilecehkan dalam toilet salah satu masjid di kawasan Cisarua.

“Iya, kejadiannya Sabtu (1/1/2022). Namun tidak ada laporan ke polsek,” katanya.

Dengan demikian Supri menyebutkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) untuk memperketat pengawasan. Tak hanya itu, Supri juga meminta agar selalu waspada dan jangan ragu untuk melapor ke polisi jika terjadi hal serupa.

BACA JUGA :  2 Kelompok Tani di Kota Bogor Dapat Bantuan Alsintan Pompa Air

“Pelakunya kabur, jadi kita belum bisa memastikan siap pelakunya. Namun, kita akan berkoordinasi dengan DKM masjid tersebut,” tukasnya

Lantas, apa penyebab pria memamerkan alat kelaminnya di depan umum, mungkinkah pelaku mengalami gangguan jiwa, atau peyimpangan seksual? simak penuturan dokter di bawah ini.

Melansir cnnindonesia.com, Alvina, dokter spesialis kejiwaan Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Barat mengungkapkan bahwa untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan jiwa ekshibisionisme dibutuhkan pemeriksaan lanjutan.

Alvina menjelaskan, Ekshibisionisme merupakan penyimpangan seksual (sexual deviation) yang ditandai dengan adanya perilaku memperlihatkan alat kelamin seseorang pada orang asing. Perilaku ini, kata dia dilatarbelakangi dengan adanya fantasi seksual dan dorongan seksual yang kuat.

Sama seperti gangguan jiwa lainnnya, kondisi ini bisa terjadi karena interaksi faktor biologis (seperti gen), psikologis (kondisi psikologis orang tersebut), dan sosial (seperti pola asuh dan lingkungan),” ujarnya.

Namun teori ekshibisionisme ini bisa ditelusuri dari masa kecil seseorang, termasuk dari perkembangan seksualnya sendiri apakah terbentuk dengan baik dalam pola asuh orang tuanya

BACA JUGA :  Kecelakaan Maut, Pengendara Motor Perempuan Tewas usai Terjatuh di Cicurug Sukabumi

Penyakit ini termasuk gangguan jiwa di bawah payung gangguan parafilia atau penyimpangan seksual. Parafilia adalah gangguan seksual yang ditandai oleh khayalan seksual yang khusus, desakan seksual yang kuat serta berulang dan menakutkan bagi orang lain.

Seseorang dikatakan menderita ekshibisionisme bila ada kecenderungan berulang atau menetap (dalam pikiran untuk memamerkan alat kelamin kepada orang tak dikenalnya atau kepada orang banyak di tempat umum tanpa ajakan atau niat untuk berhubungan lebih akrab.

Seseorang bisa didiagnosis mengalami ekshibisionisme jika orang tersebut selama waktu sekurangnya enam bulan memiliki khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual atau perilaku berulang untuk memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang yang tak dikenal dan tak menduganya.

Sehingga berdasar kriteria DSM-IV diagnosis untuk ekshibisionisme, jika seseorang melakukan atau memamerkan kemaluannya secara berulang namun belum terjadi selama enam bulan, maka belum dikategorikan sebagai penderita ekshibisionisme.

============================================================
============================================================
============================================================