Namun, sambung Cholid jika tidak mendapatkan sinar matahari, terutama pada malam hari pihaknya mengaku tetap menggunakan listrik dari PLN dengan cara diimpor.
“Kita hanya menggunakan 4000 watt dari total 12.000 watt. Kemudian sisanya sebesar 5000 watt kita ekspor ke PLN. Regulasinya sudah ada bahwa PLN telah mengkonversi bisa menerima dan membayar kepada kami dengan harga yang sudah disepakati, jadi kita tidak ada pembayaran,” jelasnya.
Menurut Cholid, dengan merubahnya dari listrik PLN menjadi PLTS Atap sangat membantu hampir 100 persen. Rencana nantinya kedepan proses produksi akan dirubah Peralihan dari kompor elpiji ke kompor listrik induksi.
“Untuk mempertahankan industri saat ini utamanya adalah kreatif, jadi garis besarnya inovasion or die, kalau tidak berinovasi kemungkinan akan tergilas. Apapun kita harus berinovasi dalam bentuk produk, biaya, servis dan inovasi apapun,” pungkasnya. (Aditya)