Karena itu, berhentilah memanggil penderita skizofrenia dengan sebutan “gila”. Tak hanya penderita skizofrenia yang mendapatkan predikat seperti itu. Seperti yang kita tahu, cap “gila” kerap disematkan pada seseorang yang tak berpakaian atau bertingkah dengan tidak selayaknya.

Lantas bagaimana untuk pengobatan penderita Skizofrenia

Seperti gangguan jiwa lainnya, penanganan skizofrenia tak terbatas pada obat saja, namun juga diperlukan suatu terapi psikososial.

Terapi psikososial akan membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup penderita, sehingga dapat bekerja dan berinteraksi dengan komunitas dalam masyarakat.

Obat antipsikotik adalah pengobatan yang paling umum untuk skizofrenia. Obat tersebut dapat membantu menghentikan halusinasi, delusi, maupun gejala psikosis.

Jika gejala psikosis terjadi, penderita mungkin perlu dirawat di rumah sakit dan menerima perawatan di bawah pengawasan medis yang ketat.

Deteksi Dini Skizofrenia

Hampir semua penderita skizofenia memiliki pandangan yang buruk terhadap keadaan dirinya. Artinya, umumnya penderita skizofrenia tidak menyadari dirinya sakit dan membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu, peran keluarga dan orang-orang terdekat sangat penting untuk mengenali gejala awal skizofrenia.

Seseorang patut dicurigai mengalami skizofrenia bila:

  • Menunjukkan keengganan untuk berkomunikasi dengan orang lain
  • Ekspresinya datar
  • Enggan merawat diri, seperti malas mandi, menyisir rambut, dan sikat gigi
  • Sering bengong
  • Mudah curiga pada orang lain
  • Mengungkapkan pemikiran yang aneh atau tidak wajar
  • Gangguan tidur, bisa berupa terlalu banyak tidur atau sulit tidur

Menurut dr. Resthie Rachmanta Putri, M.Epid dari klikdokter.com, waham merupakan suatu keyakinan yang salah (tidak sesuai fakta) namun masih dipertahankan oleh penderitanya meski sudah dijelaskan mengenai realita yang sebenarnya.

BACA JUGA :  Puncak Arus Balik di Terminal Baranangsiang Diprediksi 15 April 2024

Hingga kini, perawatan skizofrenia hanya bergantung pada obat antipsikotik yang punya sejumlah efek samping. Kabar baiknya, dilansir dari medicalnewstoday.com, penelitian terbaru telah menemukan bahwa ekstrak brokoli ternyata mampu membantu menyembuhkan skizofrenia.

Ekstrak brokoli untuk skizofrenia

Gangguan jiwa skizofrenia

Brokoli mengandung bahan kimia sulforaphane yang dapat meringankan gejala skizofrenia. Ekstrak brokoli bahkan dapat membantu tanpa memberikan efek samping yang berarti.

Para peneliti dari John Hopkins Schizophrenia Center di Baltimore percaya bahwa ketidakseimbangan kimia di otak mungkin menjadi penyebab terjadinya skizofrenia. Nah, dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan para penderita yang belum mendapatkan perawatan terbaik bisa mengatasi masalah skizofrenia dengan mengonsumsi ekstrak brokoli.

Dalam tahap pertama penelitian tersebut, tim dari John Hopkins mempelajari perbedaan otak antara orang dengan skizofrenia dan orang yang tidak mengalami gangguan tersebut. Totalnya, mereka memeriksa 81 orang dengan skizofrenia dan 91 orang normal.

Lalu, para peneliti menggunakan magnet untuk mengukur lima wilayah otak dan mengekstraksi data magnetic resonance spectroscopy (MRS). Prosedur ini menunjukkan kadar berbagai bahan kimia di dalam otak. Dari sini, tim peneliti menemukan bahwa rata-rata orang skizofrenia memiliki 4 persen lebih sedikit bahan kimia glutamat di daerah korteks cingulate anterior. Glutamat itu sendiri bertanggung jawab untuk menstransmisikan sinyal di antara sel-sel saraf. Dan, sejak tahun 1980-an, glutamat berperan dalam menimbulkan skizofrenia.

BACA JUGA :  Jadwal Pertandingan Thomas Cup dan Uber Cup 2024, Berikut Pembagian Grup

Setelah mendapat hasil tersebut, tim peneliti melanjutkan langkah selanjutnya. Tahap kedua penelitian berfokus pada pengelolaan glutamat dengan objek uji cobanya adalah tikus. Sebelumnya, tikus diberikan obat yang dapat membuatnya menderita skizofrenia.

Ternyata, pada penderita skizofrenia, otak lebih banyak menggunakan glutamat ketimbang mengubahnya menjadi glutathione dan menyimpannya. Beda halnya yang bila yang dikonsumsi itu adalah ekstrak brokoli, yang mengandung sulforaphane. Ekstrak brokoli dapat mengaktifkan gen yang dapat membuat lebih banyak enzim glutamat menjadi glutathione dan tidak menimbulkan gejala-gejala perilaku skizofrenia.

Memasuki fase akhir, tahap ketiga penelitian ini ditujukan untuk mencoba efektivitas dosis sulforaphane selama tujuh hari berturut-turut. Hasilnya, setelah seminggu mengonsumsi kapsul ekstrak brokoli, orang yang mengalami skizofrenia memiliki peningkatan kadar glutathione sebesar 30%. Angka tersebut didapat setelah mereka diperiksa menggunakan MRS. Tim peneliti menyebut, semakin banyak glutamat yang diubah menjadi glutathione dan disimpan di dalam otak, semakin besar pula kesempatan penderita skizofrenia untuk sembuh.

Setelah melewati banyak fase penelitian, saat ini para peneliti sedang merancang dosis yang tepat supaya ekstrak brokoli benar-benar efektif untuk mengatasi skizofrenia. Para peneliti berharap, sulforaphane yang terkandung dalam ekstrak brokoli dapat sepenuhnya menjadi pengganti obat antipsikotik yang selama ini diresepkan untuk penderita skizofrenia. (*)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================