SMK-SMAK Padang telah melakukan inovasi pengolahan limbah darah sapi sejak tahun 2012 dengan latar belakang darah sapi yang belum diolah oleh RPH kemudian berujung jadi limbah. Sekolah dengan kompetensi analisis kimia tersebut membuat pupuk cair dari limbah darah sapi yang dinamakan POC Darsa Rupawan (Pupuk Organik Cair Darah Sapi Rumah Potong Hewan).

“SMK-SMAK Padang tertantang menjawab permasalahan tersebut sehingga lahirlah POC Darsa Rupawan dan saat ini sudah dipatenkan dengan nomor: IDP000046551,” kata Dody.

Inovasi tersebut kemudian berhasil masuk dalam Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reforms Birokrasi Republik Indonesia (Kemenpan-RB).

“Melalui pembelajaran analisis terpadu II, siswa SMK-SMAK Padang dan pembimbing berkolaborasi membuat inovasi dengan mengolah limbah tersebut menjadi pupuk organik cair. Berdasarkan hasil pengujian, POC Darsa Rupawan dapat digunakan untuk padi, buah-buahan, sayur-sayuran, palawija, dan tanaman hias,” tambahnya.

BACA JUGA :  Waspada Potensi Tsunami, Gunung Ruang Sitaro Kembali Status Awas Usai Erupsi

Diharapkan inovasi POC Darsa Rupawan ini mampu menjadi solusi yang bermanfaat bagi persoalan limbah darah sapi dengan cara mengurangi limbah dan meningkatkan manfaatnya untuk lingkungan. Inovasi ini juga bisa membantu petani untuk pemupukan lahan pertanian dengan baya terjangkau sekaligus bisa menghemat biaya subsidi pupuk pemerintah.

Dody juga menjelaskan bahwa saat ini total harga subsidi pupuk per satu hektare sebesar Rp1,5 juta. Namun, dengan menggunakan pupuk POC Darsa Rupawan, dapat menghemat biaya sekitar Rp796 ribu karena total biaya produksi per hektare pupuk cair ini sebesar Rp744 ribu untuk 240 liter. Ia juga memperkirakan bahwa dengan menggunakan pupuk cair tersebut dapat menghemat subsidi pupuk hingga sebesar Rp1,4 triliun.

BACA JUGA :  Warga Moncongloe Geger dengan Penemuan Bayi Kondisi Mengenaskan di Pinggir Jalan Maros

Untuk saat ini, pupuk cair POC Darsa Rupawan sudah diproduksi secara massif melalui teaching factory dari Kemenperin yang didukung empat RPH. Produknya kini telah dijual tetapi masih terbatas di Sumatra Barat.

Sekjen Kemenperin berharap inovasi ini dapat diduplikasi ke seluruh daerah sehingga dapat mengatasi permasalahan limbah RPH di berbagai wilayah. Kemenperin juga memiliki target untuk mensosialisasikan inovasi ini ke seluruh Indonesia. (*)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================