“Kalau ada golongan yang hendak mengungkapkan kekayaannya melalui peralatan makan (dan minum), maka peralatan bersantap Eropa yang dipakai,” ucap sejarawan Onghokman.

“Meski teko berasal dari budaya Tionghoa, namun elemen emas yang menempel mengindikasikan ada spirit pamer,” tambahnya.

Lambat laun budaya ngeteh yang semula hidup di bilik rumah aristokrat, akhirnya tersebar dan berkembang di lingkungan masyarakat luas. Dia sukses menembus sekat sosial, tanpa bisa diklaim milik satu golongan.

“Pada masa silam, elite bangsawan yang menempati posisi teratas dalam piramida sosial ala kerajaan menjadi rujukan kaum priyayi dan wong cilik,” ujar Onghokman.

Lahirnya teh oplosan

Teh oplosan merupakan salah satu cipta rasa masyarakat Solo yang menggemari minum teh dalam menjalani hari. Masyarakat Nusantara memang memiliki kebiasaan memodifikasi unsur dari luar kultur pokoknya, demi melahirkan produk baru.

Tradisi mengoplos aneka merek teh di Solo itu sudah berlangsung lintas generasi. Konon, tradisi ngeteh oplosan berasal dari abdi dalem yang khusus menyiapkan aneka minuman bagi keluarga, atau kerap disapa Jayengan.

Menurut pemberitaan Darmo Kondo (12 Juni 1935), merek teh yang paling enak saat itu ialah teh cap Boeroeng dan Terong. Dalam catatannya, jajaran redaksi diberi beberapa bungkus teh eceran oleh tuan Lie Tek Kie di Warung Pelem.

BACA JUGA :  Menu Makan Dengan Mie Kuah Daging Bumbu Semur, Dijamin Menggugah Selera Keluarga

Teh tersebut terdiri dari 2 rupa, yaitu bergambar terong, dan burung Hong. Setelah dibagi kepada seluruh pegawai dan dicicipi, ternyata teh ini terasa harum, sehingga 1 bungkus saja buat 1 porong sudah cukup enak.

“Apabila ada warga yang menginginkan teh ini, bisa membelinya pada acara Sekaten yang kebetulan sedang digelar di alun-alun utara Kasunanan,” catat pemberitaan tersebut.

Sementara pada masa kini, beberapa toko online sudah menyediakan beragam teh oplosan. Hal ini membuat masyarakat bisa menikmati sajian teh dengan caranya masing-masing.

“Oplosan menu ngeteh paling populer di Solo adalah yang terdiri dari teh cap Nyapu dan Sintren. Itu paling standar. Untuk kepekatan, orang sering mencampurkan merek Dandang. Ada yang menambahkan merek Gopek atau 999. Merek terakhir ini jarang dijumpai di pasar di luar Solo,” ucap Peracik teh oplosan Blontea, Blontank Poer dalam artikel berjudul Djangan Anggap Remeh Oeroesan Ngeteh! dikutip dari Mojok, Sabtu (16/10/2021).

Sekarang ngeblend, istilah oplos teh di Solo ini seperti menjadi tantangan masyarakat untuk mendapatkan aroma dan rasa khas teh. Umumnya, racikan teh oplosan ini menggunakan tiga merek yang berbeda.

Namun, tidak menutup kemungkinan ada orang yang mengoplos dengan lebih banyak jenis. Mengoplos teh merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan.

BACA JUGA :  Buah dan Sayur Segar dan Tahan Lama dengan 5 Cara Menyimpan yang Baik dan Benar

“Kebudayaan ngoplos teh di Solo memang dominan menggunakan teh melati tetapi mereka biasanya menggunakan beberapa merek. Uniknya, semua orang memiliki selera berbeda sehingga tidak jarang warna dan rasa juga terus mereka kembangkan hingga menemukan rasa yang pas,” jelas Pendiri Komunitas Pecinta Teh, Ratna Soemantri yang dikutip dari Suara.

Namun jika Anda takut racikan teh itu tidak menghasilkan rasa yang sempurna, cobalah meminta saran kepada para pedagang seperti di Pasar Gede. Nanti Anda akan mendapat paket yang dikemas dalam satu plastik berisi tiga hingga lima bungkus teh dari merek berbeda.

Racikan tersebut terdiri dari teh melati yang dikombinasikan dengan jenis teh hitam ataupun merah yang akan menghasilkan perpaduan rasa wangi, kental, dan sepat. Kesaksian ini juga disampaikan oleh seorang perantau yang telah 10 tahun merantau ke Jogja dan kemudian hijrah ke Solo, dia mengaku belum pernah menemukan rasa teh yang sedahsyat teh di Solo.

“Teh di Solo membuat saya jatuh cinta, karena cita rasanya luar biasa. Berbeda dengan teh di Jogja yang lebih encer dan biasa saja. Apalagi di Pontianak, kebanyakan warung menjual seduhan teh celup yang rasanya tidak bisa menandingi teh oplosan di Solo,” katanya. (*)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================