“Pertama, mereka menghubungi saya untuk meminta berkolaborasi, yang berarti mereka ingin memperkenalkan tamu baru untuk mendapatkan komisi,” kata dia.
Dia bercerita, pernah melihat rombongan bule mendaki ke puncak gunung berapi Gunung Agung, dirinya melihat rombongan orang asing itu tidak menggunakan jasa pemandu warga lokal.
“Saya melihat banyak warga asing memandu rombongan orang – orang asing juga tanpa pemandu lokal, padahal pemandu lokal diwajibkan oleh undang-undang,” tutur dia.
Orang Rusia sepertinya tahu segalanya tentang gunung itu. “Saya pikir mereka mendaki gunung sebelumnya dengan pemandu lokal dan mengingat semua rute, masalah keamanan, faktor angin, waktu dan bahaya. Menyedihkan karena banyak local guide yang tidak bekerja,” imbuh dia.
Hal serupa juga dikeluhkan Juda Purba, seorang instruktur selancar di Bali yang mulai terancam pekerjaannya karena banyak bule yang menjadi instruktur dadakan.
“Orang asing biasa bekerja di pantai Bali tanpa izin. Ketika kami bertanya apakah mereka sedang bekerja, mereka mengklaim bahwa mereka bersama seorang teman, jadi pelajaran selancar itu gratis. Tapi kami tahu mereka menghasilkan uang dari itu, ”kata Purba.
Menurut purba, aktivitas orang asing di Bali mulai mengancam mata pencahariannya, dan tentunya ini tidka bisa dibiarkan, pemerintah harus bertindak. “Ini tidak adil karena mereka tidak membayar pajak. Pihak berwenang perlu menangani ini, “ tegas dia. (*)