BOGOR-TODAY.COM – Wali Kota Bogor Bima Arya bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berbagi cerita tentang kebanggaannya menjadi anak polisi.
Hal tersebut mereka ceritakan dalam HUT ke-24 Persatuan Keluarga Besar Purnawirawan Kepolisian Negara Republik Indonesia (PP Polri) di The Tribrata Ballroom, Jakarta, Rabu (5/7/2023).
Bima Arya mengenang sosok ayahnya Toni Sugiarto seorang purnawirawan Polri yang terakhir berpangkat Brigadir Jenderal. Bima menyebut sang ayah adalah sosok yang sangat diidolakan dan dirinya karena memberikan banyak pelajaran berharga, utamanya soal integritas.
“Ayah saya putra Bogor, besar di Bogor. Kalau orang Bogor mengenalnya sebagai Toni Golok, saking nakalnya waktu SMA. Kemudian masuk polisi angkatan 10, nama angkatannya adalah Bima. Makanya nama saya Bima. Kalau angkatan Petruk, mungkin nama saya Petruk,” ungkap Bima Arya, berseloroh.
Bima Arya juga mengenang sosok ayahnya sebagai polisi yang bersih dan jujur selama bertugas. Suatu ketika, Bima Arya ikut dengan ayahnya dalam sebuah perjalanan. Tiba-tiba ada truk di depan mobil yang dikendarainya melempar kotak korek api ke arah polisi yang sedang bertugas di pinggir jalan.
“Ayah saya tanya, ‘apa itu?’. Sopir ayah menjawab ‘masa bapak nggak tahu?’. Berhentilah kami. Saya menyaksikan ayah saya keluar dari mobil, meminta polisi itu membuka isi kotak korek tersebut. Di dalamnya ada uang. Bapak saya bilang ‘korps kamu pertaruhkan’. Petugas tersebut kemudian diberikan sanksi di tempat,” kata Bima.
Cerita lainnya adalah saat ayahnya bertugas sebagai Kanit Serse di Polda Sumatera Utara. ‘Saya masih kelas 1 SMP. Ada pengusaha yang ajak saya belanja apapun. Saya sebagai anak kecil saat itu senang sekali pulang bawa banyak belanjaan. Bapak lihat kok banyak barang-barang baru. Ayah saya membentak dan minta dikembalikan saat itu juga. Saat itu saya belajar apa arti integritas, kejujuran bagi seorang perwira polisi,” ujar Bima.
Kisah yang luar biasa seorang Toni Sugiarto juga diceritakan Bima Arya saat menjabat sebagai Kasat Serse Polrestabes Bandung. Ketika itu, ayah Bima Arya berhasil mengungkap kasus perampok dan pembunuh berdarah dingin yang terkenal tahun 70-an di Jawa Barat, yakni Mat Peci.
“Ayah yang saya kenang adalah polisi yang pemberani. Ayah sebagai Kasat Serse saat itu menangkap Mat Peci dan kemudian difilmkan. Ayah saya juga ahli strategi. Karena saat itu dilakukan press conference dengan sengaja mengumumkan perbedaan jumlah uang hasil rampokan dari para penjahat. Disitulah tim Mat Peci terpecah belah dan polisi berhasil mendapatkan petunjuk baru. Saya belajar bagaimana membangun opini publik dan berstrategi,” kenang Bima Arya.