“Kalau layangan adu kualitasnya lebih bagus. Ukurannya sih sama. Layang-layang adu rangkanya rata, jarang ada yang berat sebelah,” ujar Atay.
Atay mengaku memulai usaha pembuatan layang-layang sejak tahun 1970-an. Awalnya, dia bekerja sebagai penjahit. Karena hobi, Atay pun beralih profesi menjadi perajin layang-layang.
“Dulu suka main layang-layang di Pasar Baru sekitar tahun 70-80-an. Waktu itu Pasar Baru belum dibangun. Banyak yang main layang-layang di atasnya,” kata Atay.
Usaha membuat dan menjual layang-layang ternyata menggiurkan bagi Atay. Bahkan, penghasilan yang diperoleh bisa lebih dari usaha menjahit. Biasanya, kata dia, dalam satu tahun, selama 4 bulan usahanya boleh dibilang laku.
“Usaha layangan itu musiman, biasanya setahun sekali. Kadang-kadang 4 bulan, pernah juga full satu tahun. Tapi paling sering ya di 4 bulan. Biasanya ramai,” ujar Atay.
Kini, usaha Atay tidak terlalu bagus. Namun, Atay dan rekan-rekannya tetap konsisten membuat layang-layang. “Kalau lagi sepi begitu, kita tetap memproduksi layang-layang, buat stok,” ucap Atay. (NET*)
Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News