Bima Arya Jemput dan Ajak Peserta Project 100 Kenalkan Bangunan Heritage

Wali Kota Bogor bersama peserta Project 100.

BOGOR-TODAY.COM – Wali Kota Bogor, Bima Arya menjemput 30 peserta Project 100 di TIC Alun-alun Kota Bogor, Jalan Kapten Muslihat, pada Sabtu (13/1/2024).

Peserta TIC yang datang dari 15 kota di Indonesia ini kemudian diajak berjalan kaki dari Alun-alun Kota Bogor sampai ke Balai Kota. Tak hanya sekadar berjalan kaki, didampingi Founder Bogor Historical Walk, Ramadhian Fadillah, para peserta turut dikenalkan dengan beberapa bangunan heritage yang di Kota Bogor lengkap dengan foto-foto bangunan dan peta di masa lampau.

“Kami menceritakan beberapa bangunan heritage di Kota Bogor karena Bogor kan kota yang kaya akan sejarah,” ujar Founder Bogor Historical Walk, Ramadhian.

Ramadhian mengatakan, pihaknya mengenalkan beberapa sejarah bangunan heritage kepada peserta Project 100, dimulai dari Stasiun Bogor yang sudah dibangun sejak 1881 alias sudah berusia 143 tahun.

BACA JUGA :  Pasokan Air Bersih Tirta Pakuan Kota Bogor Tembus ke 178.000 Pelanggan

Ia juga menceritakan terkait Taman Wilhelmina. Taman Wilhelmina ini merupakan taman yang sudah ada sejak zaman Belanda namun sempat beralih fungsi menjadi terminal dan Taman Topi.

“Alhamdulillah Taman Wilhelmina yang 100 tahun lalu merupakan ruang terbuka hijau, di zaman pak Wali Kota Bima Arya dikembalikan lagi fungsinya sebagai taman,” tuturnya.

Usai dari Stasiun Bogor, para peserta diajak berjalan sampai di depan Polresta Bogor Kota. Ia menuturkan, kantor polisi ini dulunya merupakan Hotel Du Chemin De Fer yang kemudian dijadikan markas tentara Jepang. Saat itu, ketika Jepang kalah, tentara Inggris yang datang kembali ke Indonesia menjadikan ini markasnya.

BACA JUGA :  Kebakaran Hanguskan Pom Bensin Mini di Pandeglang, Diduga Karna Mesin Motor Tak Dimatikan saat Isi BBM

“Pertempuran saat Kapten Muslihat gugur pun terjadi saat menyerang markas tentara Inggris,” jelasnya.

Peserta kembali diajak berjalan sampai di depan Gereja Katedral Budi Mulya. Ia menerangkan, Gereja Katedral ini awalnya merupakan panti asuhan bagi anak-anak campuran Belanda – Indonesia. Pada 1904 panti asuhan ini berubah menjadi Gereja Katedral.

Perjalanan pun berlanjut sampai di area perbankan Jalan Ir. H. Juanda. Area perbankan ini dulunya merupakan gedung perkumpulan society orang-orang Eropa, sementara orang pribumi tidak diperbolehkan masuk.

“Titik terakhir di Balai Kota yang sejak dulu memang merupakan kantor pemerintah,” katanya.***

Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================