Makin tingginya bea impor, Mercedes Benz (MB) Indonesia memaksimalkan Pabrik MB Indonesia di Wanaherang, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat yang telah sanggup merakit lima model, yaitu C-Class, S-Class, E-Class, ML, dan GL. Kelimanya mewakili berbagai segmen yang punya pasar besar
Oleh : Adilla Prasetyo
[email protected]
Mercedes-Benz (MB) Indonesia membeÂberkan tanggapan tentang kenaikan pajak bea masuk impor CBU (completely built up) oleh pemerintah lewat Peraturan Menteri Keuangan (PMK) NoÂmor 132 Tahun 2015. Salah satu pendekatan yang diungkap untuk mengatasi hal itu yakni dengan menambah model CKD (completely knocked down).
Direktur Sales & Marketing Passenger Cars MB IndoneÂsia, Roelof Lamberts menjeÂlaskan, melokalisasi model di Indonesia termasuk area kompleks, sebab ada banyak pilihan dan regulasi yang meÂnyertai. Namun, Roelof menyÂimpulkan MB Indonesia terus mencari kemungkinan terbaik bagi bisnis.
Pabrik MB Indonesia di Wanaherang, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, telah sangÂgup merakit lima model, yaitu C-Class, S-Class, E-Class, ML, dan GL. Kelimanya mewakili berbagai segmen yang punya pasar besar. Sementara itu, model-model CBU yang kini punya beban pajak lebih diÂanggap bukan pendulang volÂume penjualan.
“Sekarang kami sudah bisa CKD 5 model dan melihat unÂtuk menambah rakitan satu model lagi, SUV. Maka aman untuk berasumsi itu adalah yang kami lihat sekarang berÂdasarkan permintaan dan pasar sebab kami butuh skala produksi untuk melokalisasi. Yang kami lakukan sekarang adalah mengatur kompleksiÂtas di pabrik dan menambah investasi untuk perakitan mesin,†jelas Roelof kepada wartawan, di Gaikindo InÂdonesia International Auto Show, Jumat (28/8/2015).
Dua pekan lalu MB IndoÂnesia sudah mengumumkan akan mengimpor CKD buat model baru, GLC. SUV pengÂganti GLK yang diluncurkan di Indonesia International Motor Show 2015 ini diangÂgap berpotensi besar di pasar sekaligus sinkron dengan skaÂla produksi yang dimaksud Roelof.
“Model CBU kami yang berÂpotensi besar akan kami CKD-kan. Itulah pendekatan kami di pasar Indonesia berdasarkan regulasi dan kemungkinan piliÂhan lain di masa depan,†tutup Roelof.