PRODUKSI sampah setiap saat tak bisa dihentikan termasuk jumlah dan jenisnya. Bertambahnya manusia justru manusia kini dihadapkan pada lingkungan tak lagi bersih. Sampah itu berserakan dimana-mana kini, berserakan didepan rumah, didepan terminal, disekolah, perguruan tinggi, disungai, dan dilautan.
Oleh: Bahagia, SP., MSc. S3 IPB
Dosen tetap Universitas Ibn Khaldun Bogor dan Penulis, Peneliti
Efek buruk dari samÂÂpah yang perlu diperÂÂtimbangkan. Jumlah sampah yang banyak berkaitan pula denÂÂgan pemanasan global yang keÂÂmudian menyebabkan perubaÂÂhan iklim. Iklim kita tidak stabil karena banyaknya sampah yang dihasilkan oleh manusia terutaÂÂma karena pengolahan tak ramah alam dan pembusukan sampah.
Satu sisi manusia itu tidak banyak tahu tentang kaitannya dengan pemanasan global sehingÂÂga tidak mau mengurangi jumlah dan jenis sampahnya. Setiap hariÂÂpun kita tidak bisa menghentikan produksi sampah, ketika kita beÂÂlanja ke supermarket maka dari sana sampah kita produksi seÂÂtiap harinya. Setiap orang pastiÂÂnya menghasilkan sampah setiap hari. Ada beberapa kota besar taÂÂnah air dengan produksi sampah yang tinggi. Jawa barat (2014), unÂÂtuk kabupaten bandung (3969275 m3/hari) sedangkan yang tertanÂÂgani sekitar 26% dari total samÂÂpah per hari berbeda dengan tahun 2011 tertangani sekitar 50 %. Produksi sampah tertinggi di Jawa barat yaitu kota Bandung (sekitar 5647830 m3/hari).
Sampah yang tidak tertangani sekitar 36 % berbeda dengan taÂÂhun 2011 tertangani sampai 90 %. Kabupaten Bekasi (6190700 m3/hari) sedangkan yang tertanÂÂgani hanya sekitar 10% berbeda dengan tahun 2011 dimana terÂÂtangani sekitar 77 %. Selanjutnya kabupaten Depok (4326520 m3/ hari). Sampah yang tertangani sekitar 9% dan berbeda dengan tahun 2011 sampai dengan 81 % masih tertangani. Sedangkan dibogor (Kota bogor bogor sekiÂÂtar 2381750 m3/hari. Sedangkan yang tertangani sekitar 30%, berÂÂbeda dengan tahun 2011 tertanÂÂgai sampai 77 % dan Kabupaten bogor sekitar 2797279 m3/hari dan tertangani sampai 57%.
Produksi sampah di Jawa timur (2011) 82472 m3 atau 30,1 juta m3. Produksi sampah terbeÂÂsar yaitu rumah tangga sekitar 47 %, pasar 19 %, pertokoan dan lain-lain 3-9 persen. Sampah yang terbanyak yaitu sampah organik hampi 67 %, kertas 7,7 persen, sampah plastik 11,7 persen dan sisanya dari kayu dan logam. NaÂÂmun dari cara pengolahan samÂÂpah yang salah dilakukan yaitu dengan cara dibakar. Sekitar 3 persen dari sampah dibakar. UnÂÂtuk jawa tengah, volume produksi sampah tahun 2011 (24116,63 m3) terangkut sekitar 48,73 persen, 2012 (29466,47 m3) sedangkan terangkut hanya 41,35 persen, 2013 (33 337,51 m3), sedangkan terangkut sekitar 49,72 persen.
Dari data diatas tampak produkdi sampah secara indiÂÂvidu dilima kota besar tanah air maka tampak terus meningkat. Meningkatnya sampah ditanah air diperburuk dengan tingkat penanganan yang makin meÂÂlemah. Tampak di jawa barat makin melemah dari tahun 2011 hingga tahun 2013. Akhirnya tiÂÂdak seimbang antara produksi sampah dengan pengolahan sampah. Pada akhirnya sampah itu menumpuk dialam. Selain itu, catatan BPS (2013) banyak propinsi yang tidak ramah dalam penanganan sampah. Jawa barat tercatat sekitar 68,50 persen sampahnya dibakar. Jawa tengah sekitar 76,00 persen sampah dibakar. Jawa Timur 72,46 samÂÂpah dibakar. Sedangkan propinsi yang membakar sampah terbanÂÂyak yaitu propinsi Gorontalo, sekitar 86,07.
Tampaknya menghasilkan sampah dan membakar sampah persoalan yang dianggap biasa saja kini. Menumpuknya sampah didepan rumah dan menungÂÂgu pemungut sampah datang. Karena banyanyak sampah tadi justru masyarakat berinisiatif untuk menguranginya meskipun perilakunya merugikan diirinya sendiri, lingkungan dan semua makhluk hidup. Ingin hidup berÂÂsih, bebas dari kotoran, dan beÂÂbas dari hewan seperti tikus serta nyamuk. Akhirnya masyarakat menempuh jalan pintas dengan cara membakarnya. Pembakaran ini sudah persoalan biasa, maÂÂsyarakat dikampung-kampung membakar sampahnya dan pemÂÂbakaran sampah di tempat pemÂÂbuangan sampah akhir.
Perilaku ini sama artinya menÂÂgurangi jumlah tumpukan samÂÂpah namun membuang kotoran berupa gas emisi ke udara bebas. Tumpukan sampah boleh menuÂÂrun namun Dampaknya lebih berbahaya daripada dibiarkan beÂÂgitu saja. Asap dari sampah turut menyebabkan suhu naik akibat diproduksinya C02 diudara. OksiÂÂgen yang lebih sedikit dibandingÂÂkan C02 berbahaya bagi manusia dan seluruh makhluk hidup.
Disamping itu gas yang berbaÂÂhaya dari sisa pembakaran yatu CO, SOX dan NOX. Semua gas ini pengkontribusi besar penyebab pemanasan global yang kemuÂÂdian menyebabkan perubahan iklim. Selain itu, pembusukan sampah organik sisa sampah dari sayuran manusia, nasi yang tebruang, lauk pauk manusia, sisa daunan pepohonan, semua berkontribusi untuk menghasilÂÂkan CO2 diudara.
Dengan produksi sampah perorangan maka dipastikan gas ini akan tetap makin banyak diÂÂudara. Bagaimanapun manusia tetap saja tidak sadar dengan naiÂÂknya asap berkontribusi buruk dan memicu terjadinya pemanaÂÂsan global. Pengetahuan ini tamÂÂpak masih kurang sehingga hanya berpikir untuk mengurangi tumÂÂpukan sampah. Pembakaran sisa sampah juga kerap kita lihat pada kalangan petani. Bertujuan unÂÂtuk membuat ladang bersih maka sisa dari tanaman dibakar agar hilang semua bagian tumbuhan, tergantikan dengan lahan yang bersih. Kedepannya, keadaan iklim dunia tampak tidak bisa diaÂÂtasi. Semakin buruk kondisinya.
Jika kita lihat dari perilaku perlakuan sampah dan produksi sampah saja maka bisa diprediksi bahwa iklim tidak bersahabat dalam jangka panjang. Kita akan dihadapkan kekeringan yang panjang, banjir yang tidak meÂÂnentu, gagal panen, suhu panas, banyak penyakit, angin kencang dan bahkan terjadi peningkatan gelombang muka air laut. Hal itu akibat terjadi perubahan pada lingkungan. Naiknya gas emisi yang dihasilkan dari pembusuÂÂkan sampah dan pembakaran sampah sebagai penyebab utama dari penyebab lainnya. Misalkan tranportasi dan industri. Ada beÂÂberapa hal yang harus dikerjakan oleh pemerintah.
Pertama, pemerintah baik dibawah kementerian lingkunÂÂgan dan kesehatan memberikan penyuluhan kepada masyarakat bahwa perubahan iklim akibat pembakaran sampah dan pembuÂÂsukan sampah. Minusnya pengeÂÂtahuan masyarakat dan kesadaran karena pada dasarnya pemerintah belum menggalakan penyuluhan lingkungan sampah ke desa-desa. Kedua, pemerintah sebaiknya meÂÂningkatkan pelayanannya dalam mengolah sampah.
Mulai dari fasilitas pengeloÂÂlaan, fasilitas angkut, dan temÂÂpat pengolahan sampah yang jauh dari masyarakat. Ketiga, pemerintah juga harus memberiÂÂkan denda lingkungan kepada masyarakat dimana masyarakat yang memproduksi sampah terÂÂbanyak. Kemudian pemerintah juga memberhentikan dana angÂÂgaran pemerintah daerahnya bila mereka tidak bisa mengurangi jumlah sampahnya.
Hal itu untuk memotivasi daeÂÂarah agar bersih dari sampah. PeÂÂmeirntah juga harus menyisakan dana lingkungan yang banyak dari total anggaran belanja daeÂÂrahnya. Kini tampak pengguÂÂnaannya belum optimal sebab sampah nampak terus meningkat setiap tahunnya. Pihak perbankÂÂan juga harus membantu, setiap perbankan harus berkontribusi untuk mengatasi sampah.
Menyalurkan dana lingkunÂÂgan. Sedangkan kalangan maÂÂsyarakat, mereka harus bisa menÂÂgatur diri mereka untuk tidak membawa plastik dari supermarÂÂket dengan cara membayarnya tetapi alangkah baiknya mereka membawa keranjang belanjaan untuk mengurangi jumlah samÂÂpahnya. Pemerintah juga harus menekan perusahaan penghasil sampah agar dari hulu juga dapat diatasi. (*)