2581515971523---11_05_2010Bank Indonesia (BI) menyatakan jumlah cadangan devisa hingga akhir Februari 2016 mencapai USD 104,5 miliar atau naik 2,34 persen dibanding posisi Januari 2016 yang USD 102,1 miliar.

Oleh : Winda Herviana
[email protected]

Peningkatan tersebut di­pengaruhi penerimaan cadangan devisa, antara lain berasal dari peneri­maan devisa migas dan penarikan pinjaman pemerintah serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indone­sia (SBBI) valas. ‘’Juamlah ini jauh melampaui kebutuhan devisa un­tuk pembayaran utang luar negeri pemerintah,’’ ujar Direktur Ekse­kutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam keterangan res­minya di Jakarta, Senin (7/3/2016). “Peningkatan dan posisi ini jauh melampaui kebutuhan devisa un­tuk pembayaran utang luar negeri pemerintah,” tambah Tirta.

Tirta mengatakan, posisi cadan­gan devisa per akhir Februari 2016 itu cukup untuk membiayai 7,6 bu­lan impor, atau 7,3 bulan impor, dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlah tersebut be­rada di atas standar kecukupan in­ternasional yakni cadangan devisa setara dengan kebutuhan tiga bulan impor.

BACA JUGA :  Menu Sederhana dengan Sayur Daun Ubi Tumbuk yang Gurih dan Harum

Otoritas moneter menilai posisi cadangan devisa dengan adanya kenaikan tersebut mampu men­dukung ketahanan dari gejolak sektor eksternal dan menjaga kes­inambungan pertumbuhan eko­nomi Indonesia dalam beberapa waktu ke depan.

Menanggapi hal tersebut, Gu­bernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menuturkan, kenai­kan cadangan devisa d i k ­arenakan peran ha­s i l minyak dan gas ser­ta dari penarikan pinjaman pemerintah.

“Cadangan devisa sudah diu­mumkan naik, tentu nanti akan ada penjelasan dalam banyak hal. Karena peran penerimaan devisa dari hasil migas dan dari penarikan pinjaman pemerintah,”ujarnya.

Sementara itu, menurut Eko­nom Institute for Development Economy and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati, jumlah devisa tersebut tidak mencukupi untuk membayar utang luar negeri yang bertambah. Sekitar dua atau tiga tahun yang lalu BI menyatakan pu­nya cadangan devisa sekitar USD 104-105 miliar yang cukup untuk 6 bulan impor. Padahal kewajiban utang dan kebutuhan impor itu, di­rasa Eny jauh sekali dibandingkan 3 tahun yang lalu.

“Sekarang dengan jumlah devi­sa yang sama, bagaimana mungkin. Bagaimana meyakinkan bahwa itu mencukupi, sementara kewajiban luar negeri utang dan sebagainya, termasuk kebutuhan impor itu su­dah pasti meningkat,”ujarnya.

BACA JUGA :  Pj. Bupati Bogor Ingatkan PPPK untuk Melayani Masyarakat Kabupaten Bogor Secara Optimal

Menurutnya, pemerintah me­nambah utang luar negeri hing­ga mencapai Rp 500 triliun. Sementara untuk kebutuhan impor, kata Enny, sema­kin meningkat, terutama impor untuk kebutuhan-kebutuhan dasar seperti impor pangan dan impor bahan.

Cadangan devisa, menurut Enny, akan terus tergerus akibat proyek percepatan infrastruktur oleh pemerintah yang akan mening­katkan laju impor, dan berdam­pak pada meningkatnya utang pemerintah. “Kalau kita tidak mampu meningkatkan ekspor ya tentu ini akan bahaya. Ba­haya untuk likuiditas per­ekonomian,” ujarnya.

Ia menyatakan jika saat ini pasokan dari ekspor masih turun karena harga komoditas jatuh. Dalam jangka pendek, kata dia, perlu instrumen dari moneter yang bisa menarik potensi de­visa hasil ekspor di luar negeri. “Perlu instrumen agar para eksportir ini mau, karena kalau ng­gak dipaksa, nggak ada yang mau su­karela,” ujarnya.

(republika|ant)

============================================================
============================================================
============================================================