Opini-2-HeruDAHULU kala pada zaman kuno, peristiwa gerhana bulan dan gerhana matahari dianggap sebagai pertanda datangnya keberuntungan atau bisa juga berarti pertanda akan datangnya suatu bencana. Pada jaman dulu orang Cina menganggap gerhana matahari adalah peristiwa naga besar akan memakan matahari, sehingga lahirlah budaya kembang api, dengan tujuan agar ada sinar, karena mataharinya hilang ditelan naga besar.

Oleh: Heru Budi Setyawan
(Pemerhati Pendidikan)

Pada orang India kuno kalau ada gerhana matahari total, mer­eka pada berendam di sungai untuk meng­hindari mara bahaya. Sedang orang Jawa jika ada gerhana ma­tahari total pada sembunyi di rumah masing-masing dan tidak boleh keluar rumah.

Barulah saat ini, kita manusia yang hidup di zaman tekhnologi modern mulai mengerti bahwa dua peristiwa itu merupkan kon­sekuensi dari orbit bulan dan bumi terhadap matahari. Bumi mengorbit matahari sekali dalam setahun, sedangkan bulan meng­orbit bumi sekali dalam sebulan. Gerhana matahari total terjadi ke­tika bulan tepat berada di antara matahari dan bumi. Pada posisi itu, cahaya matahari terhalangi sepenuhnya oleh bulan. Dalam gerhana matahari total, piringan matahari sepenuhnya tertutup oleh bulan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, gerhana merupakan fenomena alam. Namun, dalam beberapa budaya kuno bahkan sebagian masyarakat modern saat ini, proses itu dikaitkan den­gan hal-hal supranatural atau dianggap sebagai datangnya per­tanda buruk.

Peristiwa gerhana matahari total yang terjadi pada rabu 9 Maret 2016 yang bisa di lihat di beberapa wilayah di Indonesia adalah peristiwa alam yang ter­jadi atas kehendak dan kekua­saan Allah, sesuai dengan apa yang terdapat pada Kitab Suci Al Qur’an yaitu, “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. dan ma­tahari berjalan ditempat pereda­rannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakh­ir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mung­kin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edar­nya (QS Yaasiin ayat 37-40).

Maka sangat disayangkan jika ada sekelompok masyarakat In­donesia yang menyambut peristi­wa gerhana matahari total dengan hura-hura, konser musik dangdut dan rock, kegiatan maksiat serta kegiatan sia-sia yang lain. Padahal Rosul menganjurkan pada umat­nya jika ada gerhana matahari total untuk solat kusuf (solat sun­nah gerhana matahari), perban­yak istiqfar, tasbih, berdzikir dan sedekah. Dan inilah hikmah dari gerhana matahari total.

Pertama, menanamkan aki­dah untuk berdoa dan solat pada Allah dengan solat kusuf. Den­gan peristiwa gerhana matahari total, kita disuruh untuk meny­embah Allah yang menciptakan matahari, bukan sebaliknya kita menyembah matahari. Matahari, bumi dan bulan bisa bergerak atas ijin dan kehendak Allah. Ma­tahari, bumi dan bulan itu selalu berdzikir memuji kebesaran Al­lah. Tidak seperti manusia yang jarang dan lupa untuk berdzikir.

Kedua, Islam eksis untuk bela­jar untuk peristiwa alam. Sesung­guhnya dalam setiap peristiwa yang terjadi di dalam dinamika alam adalah mengandung pelaja­ran bagi manusia. Pelajaran tentu saja terkait dengan apa yang sesungguhnya harus dilakukan untuk di kemudian hari. Islam bahkan mengajarkan agar umat manusia berpikir tentang segala sesuatu ciptaan Allah. Dan Islam adalah agama yang mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu dari lahir sampai liang lahat.

Ketiga, Allah ingin menun­jukkan tanda-tanda kebesaran­Nya. Setiap fenomena alam sesungguhnya mengandung tanda-tanda kebesaran Allah. Memang tidak semua orang bisa memahami tanda-tanda kebesa­ran Allah itu. Sebab Allah hanya memberikan sedikit saja tentang ilmu pengetahuan yang terkait dengan alam semesta, “wa ma utitum minal ‘ilmi illa qalila”. Yang dalam pengertian luasnya adalah “dan tidak diberikan ke­pada kamu tentang ilmu kecuali sedikit saja”. Sungguh pengeta­huan kita tentang dunia dan din­amikanya sangat sedikit (Prof. Dr. Nur Syam, M.Si)

Keempat, Allah ingin meng­ingatkan dan menakuti manusia akan dahsyatnya peristiwa ki­amat. Proses gerhana matahari total dapat menjadi menakutkan bagi orang-orang yang kurang paham mengenai penjelasan as­tronomi. Suasana menakutkan bagi mereka ketika matahari tam­pak menghilang di siang hari dan langit tiba-tiba menjadi gelap. Peristiwa gerhana matahari total adalah peristiwa yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan peristiwa dahsyatnya ki­amat.

Baik semakin kita banyak melihat dan membaca peristiwa alam, seharusnya kita semakin mengenal dan cinta pada pencip­ta alam semesta ini yaitu Allah.

============================================================
============================================================
============================================================