PRESIDEN Joko Widodo meminta Menteri Pertahanan (Menhan) dan Panglima TNI untuk mengevaluasi total seluruh pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Jatuhnya pesawat Hercules C-130 milik TNI AU buatan 1964 di Jalan Jamin Ginting, Medan, jadi musibah nasional yang harus perhatian serius.
YUSKA APITYA AJI ISWANTO
[email protected]
Jokowi memerintahkan agar penyebab kecelakaan peÂsawat Hercules C130 diinvesÂtigasi secara mendalam agar semua tahu apa penyebab jatuhnya pesawat nahas itu. Terkait insiden ini, Presiden memerintahkan Menteri Pertahanan dan Panglima TNI untuk melakukan evaluÂasi penuh kondisi alat utama sistim pertahanÂan yang dimiliki agar t i d a k lagi terulang peristiwa serupa. “Saya telah memer i n t a h k a n investigasi yang mendalam soal penyebab kecelakaan ini dan agar segera dilakukan. Saya juga telah memerintahkan kepada Menteri Pertahanan dan Panglima TNI, untuk melakukan perombakan mendasar tentang manajemen alutsista TNI. Sistim pengadaan alutsista harus diubah. Ini moÂmentum. Kita tidak boleh lagi membeli senjata, tetapi bergeser ke modernisasi sisÂtim persenjataan,†lanjut Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi berharap untuk ke deÂpannya, industri pertahanan lebih diarahkan pada kemandirian industri dalam negeri. “Industri pertahanan kita harus terlibat. MuÂlai dari rancang bangun produksi, operasionÂal, latihan pemeliharaan, hingga pemusnahÂan alutsista yang sudah tua. Dan yang paling utama, pengadaaan alutsista harus diarahÂkan pada kemandirian industri pertahanan. Sehingga kita bisa mengendalikan kesiapan operasional alutsista TNI,†imbuhnya.
Agar tidak terjadi lagi kecelakaan pesawat militer, Presiden Jokowi menekankan kesiaÂpan operasional mulai dari alat pertahanan hingga personel di lapangan. “Saya juga ingin TNI memperkuat zero accident (kecelakaan nihil). Untuk setiap penggunaan alutsista TN. Pesawat tempur, pesawat angkut, kapal perang, kapal selam, hingga helikopter, serta perwira dan prajurit TNI yang mengawakinya. Harus berada dalam kesiapan operasional yang tinggi,†pesan Presiden Jokowi .
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Madya Dwi Badarmanto menÂgatakan, seputar penyebab jatuhnya peÂsawat masih dalam penyelidikan. Dwi menekankan, pesawat Hercules ini biasa digunakan untuk pengangkutan prajurit dan logistik, termasuk perbantuan untuk tugas sosial kebencanaan. “Mungkin penyelidikan masih perlu waktu ya. Tidak secepat itu. KaÂlau umur pesawat lah ya. Ini pesawat yang handal,†kata Marsekal Madya Dwi BadarÂmanto, kemarin.
Pesawat Hercules tipe C-130 milik TNI Angkatan Udara jatuh di sekitar Medan, SuÂmatera Utara pada Selasa (30/6). Jumlah koÂrban tewas akibat insiden ini terus bertamÂbah dan telah mencapai seratus orang lebih, termasuk penumpang pesawat, anggota TNI AU, dan warga sipil di pemukiman.
Data yang dihimpun, pembersihan di lokasi jatuhnya pesawat Hercules terus diÂlakukan hingga Rabu (1/7/2015) malam. Jika semuanya berjalan lancar, arus lalu-lintas di lokasi akan dibuka kembali.
Kapolresta Medan AKBP Mardiaz Kusin Dwihananto menyatakan, pembukaan jalan itu bergantung pada situasi. Terbuka peluang pada Kamis (2/7/2015) jalan sudah bisa diÂlalui kembali. “Melihat situasi pembersihan malam ini,†kata Mardiaz, kemarin petang.Sementara di lokasi terlihat proses evakuasi sudah hampir kelar. Puing pesawat dan banÂgunan tak lagi bertumpuk. Pengerjaan alat berat dihentikan sementara. Puing-puing besar pesawat dibawa secara bergelombang ke Lanud Soewondo, termasuk pecahan bodi pesawat dan ekor.
Saat ini, lokasi relatif bersih dari puing pesawat dan reruntuhan bangunan. Meski demikian, pencarian korban belum akan diÂhentikan. “Fokus ke korban. Kami akan sisir lagi,†tutur Dandim 0102 Medan Letkol Inf M Ridwan di lokasi, Rabu (1/7/2015).
Rencananya, kata Ridwan, penyisiran dilakukan mulai pukul 20.00 WIB. Tim gabungan dari TNI, polisi, Basarnas, PMI, dan instansi lain akan bergerak lagi setelah istirahat menjelang Magrib. Selain korban, tim juga akan mencari amunisi yang diperÂkirakan masih tertinggal. Berdasarkan penÂdataan, sejauh ini tim gabungan menemuÂkan pakaian, dompet, ponsel. Barang-barang itu disimpan sebagai data pendukung. “Saya minta jangan sampai tim evakuasi mengamÂbil barang-barang tertentu,†tandasnya.
Kemarin, puing-puing besar pesawat dibawa secara bergelombang ke Lanud SoeÂwondo. Termasuk pecahan body dan ekor. Aparat keamanan terus melakukan pencarÂian terhadap amunisi yang diperkirakan maÂsih ada di sekitar lokasi jatuhnya pesawat Hercules di Medan. Radius 200 meter dari lokasi disterilkan dari warga sipil untuk antiÂsipasi masalah.
Kepala Bidang Humas Polda Sumatera Utara (Sumut) Kombes Pol Helfi Assegaf menyatakan, berdasarkan laporan terakhir ditemukan 14 pucuk senjata dan 4 pistol di lokasi. Sementara dari 22 ribu butir peluru, baru sekitar 60 persennya yang ditemukan.
Amunisi yang belum ditemukan inilah yang kini terus dicari. Evakuasi terus dilakuÂkan sampai steril. “Karena ada amunisi yang harus dibersihkan, jangan sampai kena maÂsyarakat, kan amunisinya bisa meledak atau apa,†kata Helfi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, Jalan Bungalow, Medan, Rabu (1/7/2015).
Disebutkan Helfi, dalam upaya sterilÂisasi ini ada hambatan. Pasalnya masyarakat terus berdatangan ke lokasi. “Masyarakat banyak di sini mau nonton, jadi lalin untuk alat, untuk bongkar nggak lancar. Sudah kita sterilkan radius 200 meter. Kita khawatir amunisi itu meledak,†pungkasnya.
Proses identifikasi korban pesawat HerÂcules masih terus dilakukan. Sebanyak 62 jenazah telah berhasil diidentifikasi. Apa kendala tim saat melakukan identifikasi jenÂazah? “Kita nunggu ante mortemnya. Belum semua keluarga lapor, “ kata Helfi Assegaf.
Helfi mengatakan, hingga pukul 17.15 WIB kemarin, baru ada 79 keluarga yang melapor ke petugas Ante Mortem. Padahal, keteranÂgan atau data dari keluarga sangat dibutuhÂkan dalam proses identifikasi. “Kan dicocokan sama keterangan dan data keluarganya, mungÂkin cincin kawin atau apa,†ujarnya.
Sementara itu, data manifest yang diterima berjumlah 113 orang yang meruÂpakan dari TNI AU, TNI AD dan keluarga. “Kita masih tunggu laporan keluarga,†pungÂkasnya.
Berdasarkan data sementara hingga puÂkul 17.50 WIB, sebanyak 47 jenazah telah dibawa dari RSUP Haji Adam Malik. 6 dari TNI AD dibawa ke RS Tri Hijau, selebihnya dibawa ke Lanud Soewondo. Sementara 33 jenazah telah diterbangkan baik ke Jakarta, Malang, Pontianak, Tanjung Pinang, dan PeÂkanbaru pukul 13.15 WIB.
Rapor Merah Pesawat TNI
Jatuhnya pesawat angkut militer HercuÂles C-130 bernomor register A-1310, meruÂpakan musibah keempat yang dialami PanÂgkalan Udara Abdulrachman Saleh dalam sepuluh tahun terakhir.
Data yang dihimpun BOGOR TODAY, mencatat pangkalan yang bermarkas di Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu telah kehilangan total empat pesawat dengan korban jiwa 33 orang, terdiri atas 20 anggota TNI Angkatan Udara—termasuk 12 awak pesawat HercuÂles A-1310—dan 13 orang sipil. Menariknya, seluruh pesawat jatuh di bulan dan tanggal yang berdekatan dan hampir sama.
Kecelakaan pertama terjadi pada JuÂmat, 22 Juli 2005. Pesawat tempur taktis OV-10 Bronco TT-1011 jatuh di Gunung Limas, Desa Gadingkembar, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Kecelakaan ini menewaskan Mayor (Penerbang) Robby Ibnu Robert dan Letnan Dua (PenÂerbang) Harchus Aditya Wing Wibawa. Persis berselang dua tahun, OV-10 Bronco TT-1014 jatuh di ladang tebu Dusun Bunut, Desa Bunut Wetan, Kecamatan Pakis, KaÂbupaten Malang, Senin, 23 Juli 2007. Lokasi kejadian berjarak 1,5 kilometer dari ujung landasan pacu pangkalan. Letnan Dua (PenÂerbang) Eliseus Quinta Rumiarsa tewas, sedangkan Mayor (Penerbang) Danang Setyabudi, sang instruktur, berhasil menyÂelamatkan diri dengan kursi pelontar.
Dua kecelakaan tersebut mengurangi jumlah OV-10 Bronco menjadi tinggal tujuh unit. Sebelumnya, di era 1990-an, satu unit Bronco juga jatuh. Akhirnya, Markas Besar TNI Angkatan Udara menghentikan seluruh pengoperasian OV-10 Bronco. (*)