_20151016_212049KEGEMARANNYA yang suka mengotak atik kain bekas membawanya pada keberkahan, Rika Rini Lestiowati Mamesah, Mahasiswi Universitas Tarumanegara (Untar) ini awalnya hanya iseng berkreasi kain perca bekas. Limbah bekas homemade ini ia kreasikan menjadi kerajinan tanganyang imut, setiap kerabat yang melihatnya sering dibuat gemas melihat kerajinan tangannya itu, dan beberapa membujuk Rika untuk menjualnya. Akan tetapi gadis yang memiliki marga Thung ini tidak tertarik untuk menjadikan hasil tangannya untuk dijadikan bahan komersil, ia lebih suka kreatifitasnya itu dibagikan ke orang banyak agar lebih bermanfaat.

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Baginya, hasil kreatifitas yang dia buat bukan untuk diperjual­belikan. “Enggak tahu, pokoknya saya tidak suka aja kalau hasil kreasi saya ini diperjualbelikan. Saya lebih suka mem­beri kalau ada yang minta, atau ada beberapa teman saya yang minta dibuatkan khusus, sambil ngisi waktu saya pasti buatkan,” ujar lulusan SMA Regina Pacis.

BACA JUGA :  Kecelakaan Maut di Bangkalan, Truk Tabrakan dengan Motor Ditumpangi Satu Keluarga

Menurut wanita kelahiran 27 Desember 1994 ini, segala hal bentuk kreatifitas lebih berguna dibagi kepada orang banyak, dibandingkan harus dijadikan bahan komersil. Karena itu, ia lebih suka membagi ilmunya itu kepada anak-anak lingkungan rumahnya yang tidak mampu bersekolah, sebagai bekal untuk mereka kedepannya nanti.

“Membagi ilmu itu adalah keberkahan luar biasa bagi saya, kalau mau cari uang bukan disini, tetapi nanti saja kalau sudah bekerja d kantor. Rejeki itu kan bu­kan hanya uang,” tutur Rika yang sangat menyukai warna emas ini.

Ia berharap, anak-anak didiknya dapat menggu­nakan ilmu yang ia bagikan dengan bijak, dan memi­liki kemampuan melebihi dirinya.”Kalau sudah pada pintar membuat kerajinannya terserah mau mereka apakan keahliannya itu, selama dipergu­nakan dengan bijak. Uang penting bermanfaat untuk kehidupan mer­eka,” urainya.

BACA JUGA :  Menu Makan Siang dengan Lele Bumbu Cabe yang Lezat dan Pedas Nampol

Kendati demikian, ia juga tidak ber­harap pamrih dengan ilmu yang dia bagikan kepada anak-anak yang kurang beruntung, ke­hidupan ekonomi keluarganya yang terbilang berkecu­kupan sudah cukup untuk membiayai sekolahnya.

“Anak-anak ini mau sekolah saja susah, saya mau sekolah dimana saja tinggal nunjuk. Jadi hal-hal yang bersifat materi apa yang saya harapkan dari mereka? Segala ke­butuhan saya dicukupi oleh orangtua, nanti kalau sudah kerja di kan­toran baru saya mandiri” ujarnya sambil tertawa malu.

============================================================
============================================================
============================================================