Lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil mengembangkan donat berÂbahan baku kulit pisang yang telah diekstrak menjadi tepung lalu diolah menjadi produk bernama ‘Donat Drakula’. Seperti apa cita rasanya?
(Yuska Apitya Aji)
LIMA mahasiswa yang terlibat dalam peneliÂtian “Donat Drakula†itu dianÂtaranya Yani AkhÂdan Rafif, ketua tim dari Fakultas Perikanan dan KelauÂtan, Oki Setiawan dari Fakultas Perikanan dan Keluatan, Rahmat Junedi (FEMA), Eva Siti NuraziÂzah dari Fakultas Peternakan, dan Aulia Novianti dari Fakulta Ekonomi dan Manajemen. “Ekstrak kulit piÂsang dilakukan sebagai pemanÂfaatan limbah kulit pisang agar optimal. Kulit pisang diekstrak menjadi tepung, campuran baÂhan baku membuat donat, dan juga varian rasa toping atau selai isi donat,†kata Rahmat Junaedi, salah satu di antara lima pengÂgagas “Donat Drakula†itu di Kampus IPB Dramaga, kemarin.
Rahmat menjeÂlaskan kulit pisang banyak mengandÂung karbohidrat, air, vitamin C, kalium, lutein, antioksidan, kalsium, vitamin B, lemak, protein, minyak nabaÂti, serat, serotin, dan serotonin.
Beberapa kandungan zat gizi yang terkandung dalam kulit pisang mengandung manfaat bagi manusia, di antaranya kandungan seroÂtonin yang dapat menambah “mood†karena zat tersebut memengaruhi rasa bahagia dalam tubuh manusia.
“Minyak nabati dapat meredakan rasa nyeri pada tubuh, antioksidan dapat meÂnangkal radikal bebas dalam tubuh, dan kandungan vitaÂmin serta mineralnya juga sangat berguna bagi kesehaÂtan tubuh manusia,†katanya.
Menurut mahasiswa FakulÂtas Ekologi Manusia (FEMA) IPB itu, penggunaan kulit pisang sebagai bahan dasar pembuatan “Donat Drakula†juga sebagai upaya menÂdukung program pemerintah terkait dengan diversifikasi pangan lokal dan upaya ketaÂhanan pangan.
Yani Akhdan Rafif selaku ketua tim, menyebutkan seÂlain kulit pisang, bahan baku pendukung “Donat Drakula†lainnya adalah labu kuning (Cucurbita Moschata Durch).
Buah tersebut dikenal di kalangan masyarakat sebagai campuran pembuat sayur, kolak, kue talam, dodol, dan cake. “Sudah seharusnya labu kuning diolah menjadi suatu produk inovatif dan bernilai ekonomi tinggi. Citra labu kuning sebagai sayuran yang murah dan biasa saja harus diÂubah menjadi sayuran bergizi tinggi dan disukai berbagai kalangan,†katanya.
Penelitian “Donat Drakula “ itu dibimbing oleh dosen dari Departemen Gizi Masyarakat FEMA Dr Drajat Martioanto. Ia mengatakan FAO gencar menÂgomunikasikan agar seluruh negara di dunia mengurangi kehilangan pangan mulai dari proses produksi hingga penÂyajian. “Pemanfaatan kulit pisang yang sudah diekstrak terlebih dahulu, bagian dari upaya kita untuk mengurangi ‘food losses’ dan wasta yang saat ini gencar disosialisasikan oleh FAO,†katanya.
Menurut dia, kulit pisang yang telah diolah menjadi tepung berkarbohidrat menÂgadung amilum. Amilum atau pati ialah jenis polisakarida karbohidrat yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar, dan tidak berÂbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa. Manusia membutuhkan pati sebagai sumber energi yang penting.
“Kulit pisang bisa diubah dan dimanfaatkan untuk meningkatkan ketersediaan pangan, diversifikasi pangan, serta menciptakan sumber pangan baru,†katanya.
Ia mengatakan pemanÂfaatan kulit pisang dan labu kuning untuk “Donat Drakula†juga menjadi alternatif lain unÂtuk mengurangi ketergantunÂgan terhadap impor tepung terigu maupun gandum yang nilainya mencapai tujuh juta ton. “Labu kuning juga diperÂcaya sebagai antibakterial, cacingan, memperbaiki status vitamin A, dan meningkatkan kekebalan tubuh. Juga menjaÂdi makanan pendamping ASI bagi bayi,†katanya.
Rahmat mengatakan “DoÂnat Drakula†sudah mendapat label halal dari MUI sehingga cocok dengan masyarakat InÂdonesia yang mayoritas musÂlim. Harga produk tersebut, yakni Rp30 ribu per kotak berÂisi 10 donat mini dengan varÂian rasa, vanila, cokelat, dan strawberi.