Untitled-7Setiap orang pasti memiliki caranya sendiri untuk menangani tumpukan koran yang sudah tidak terpakai di rumah. Ada yang dibuang, dijual kiloan, dan dijadikan kerajinan tangan dengan harga jual yang lumayan tinggi. Seperti Salam Rancage, produsen kerajinan limbah kertas asal Bogor ini mampu mengubah koran bekas menjadi produk bernilai jual sampai jutaan rupiah.

Oleh : Muhammad Rizal Oktavian
[email protected]

Tri Permana Dewi, salah satu pendiri usaha pen­golahan limbah kertas ini, mengatakan bahwa Salam yang merupakan antonim dari Sekolah Alam dan Rancage adalah Bahasa Sunda yang berarti terampil. “Terampil bukan hanya dalam badan, tapi juga dalam piki­ran kita,” jelas Dewi kepada Bogor Today, Senin (14/12/2015).

Salam Rancage berawal ketika Dewi dan Aling Nur Naluri bekerja di Sekolah Alam Bogor, yang kemudian pada tahun 2009 sekolah ini mem­buat sebuah program bank sampah. “Dari program tersebut, setiap siswa wajib menyetorkan sampah yang dapat didaur ulang ke bank sampah. sebelumnya hanya dijual ke tukang loak, tapi tidak terlalu menghasilkan uang, hanya Rp 2.000 saja perkilo. Dan kemudian pada tahun 2012 kita mencoba membuatnya menjadi ses­uatu yang lebih memiliki nilai jual,” tuturnya.

Melihat sisi sosialnya, kemudian Dewi membina warga sekitar un­tuk bisa juga membuat keraji­nan olahan sampah daur ulang ini. “Pada awalnya hanya ada 6 warga binaan, kemudian yang 6 orang ini dijadi­kan motor penggerak untuk mengajak masyarakat yang lain. Hingga akhirnya sekarang ada 67 warga binaan yang kita punya,” kata Dewi, “Kita juga membayar warga dengan harga yang ses­uai dengan hasil usaha mer­e k a , karena Salam Rancage berbentuk so­cial busi­ness,” lanjut wanita kelahiran Malang, 20 Maret 1969 ini.

Dalam sebulan, Salam Ran­cage bisa memproduksi 1000– 2000 pcs barang kerajinan siap jual, yang disebarkan ke berbagai daerah di Indonesia juga mancanegara. “Untuk lokal dikirim ke Gorontalo, S u r a b a y a , Bali, dan lain-lain. Walau belum dalam jumlah yang banyak, tapi sudah mengekspor ke Itali, Singapura, dan Jepang,” ka­tanya. Sebentar lagi rencananya ekspor ke Belanda.

Lokasi galeri Salam Ran­cage sendiri ada di Jl. Pan­geran Shogiri No. 150 Tanah Baru, Bogor Utara, Kota Bogor. “Untuk wo r k s h o p, dikerjakan di rumah ma­sing-masing warga. Dan ba­rang yang sudah jadi dibawa ke galeri Salam Rancage,” jelas Dewi.

Dengan omset mencapai Rp 300.000.000 pertahun, Salam Ran­cage selalu menjaga kualitas barang yang dihasilkan. “Kita selalu menjaga kualitas, walaupun ada order dalam jumlah yang banyak, bisa dipastikan bahwa barang yang dihasilkan mempu­nyai kualitas yang bagus,” tutur Dewi, “Kita tidak ingin konsumen membeli barang karena iba dengan warga bi­naan, namun harus karena kualitas ba­rang yang bagus,” lanjut Dewi.

Karena konsep dari Salam Ran­cage adalah social business, Dewi ingin membuat warga-warga binaan­nya bangga dengan apa yang bisa mereka hasilkan. “Biar mereka me­miliki dignity atas apa yang mereka hasilkan, maka kita memacu warga binaan dengan target-target yang harus kita capai,” kata Dewi, “Sep­erti misalnya, salah satu target yang sudah tercapai adalah kita ingin agar produk kita masuk pasar mancaneg­ara,” pungkasnya.

============================================================
============================================================
============================================================