BOGOR, TODAYÂ – Terus merosotÂnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS tak hanya berdampak pada ekonomi secara nasional. KekhaÂwatiran menurunnya niÂlai investasi di Kabupaten Bogor pun mulai mengeÂmuka.
Kepala Badan PenaÂnaman Modal dan PelayÂanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kabupaten Bogor, Yani Hasan mengungÂkapkan jika anjloknya nilai tuÂkar rupiah yang kini menyentuh angka Rp 13.300 per dolar AS tidak membaik hingga tiga bulan kedepan, hampir dipastikan jika akan mengganggu target realisasi investasi di Bumi Tegar Beriman.
“Kalau untuk sekarang, hingga periode Juni tahun ini, inÂvestasi kita masih cenderung stabil dan kompetitif dibanding tahun lalu dan pelemahan rupiah ini belum banyak berpenÂgaruh terhadap investasi yang masuk. Tapi kalau sampai tiga bulan kedepan situasinya masih begini, pengaruhnya akan mulai terasa,†ujar Yani Hasan, Jumat (3/7/2015).
Yani pun khawatir jika gejolak ekonomi ditingkat nasional akan merembes ke daerah jika nilai tukar rupiah tak kunjung membaik atau menjadi lebih buruk pada tiga bulan kedeÂpan. “Biasanya, dampak ekonomi nasional akan merembes ke daerah dan ini akan mengganggu ekspansi investasi yang eksisting,†lanjutnya.
Jika dampak nasional merembes ke daerah, menurut Yani, yang paling dikhawatirkan adalah mendegnya pembangunan di Kabupaten Bogor karena investasi yang sedang berjalan dan berencana melakukan perluasan akan mengurungkan niatnya akibat kondisi ekonomi nasional yang kurang sehat.
“Saat ini secara keseluruhan, yang sudah mulai lesu ada di sektor produksi kebutuhan nonprimer seperti kertas, texÂtil dan sebagainya. Tapi untungnya, investasi di Kabupaten Bogor tidak mengarah kesana. Jadi sampai saat ini kita masih kompetitif,†ungkap Yani.
Menurutnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang paling ideal ada kisaran Rp 10 ribu. Namun penguatan itu harus dilakukan secara bertahap.
“Karena jika dolar terlalu tinggi, bisa membuat kita deÂfisit. Tapi kalau terlalu murah juga bisa membuat ekonomi kita ini menjadi panasa. Misalnya terlalu banyak impor yang membuat industry kita tidak bisa bersaing,†pungkasnya.
(Rishad Noviansyah)