Oleh: RAHMI NURAINI
Gerakan Pramuka mendapat keperÂcayaan untuk memÂbantu kwartir meÂnyusun kebijakan dan pengelolaan, khususnya penÂegak dan pandega. Dalam dewan kerja tersebut, anggota dilatih mengemban tanggung jawab dan amanah sejak dini. Berbeda dari masa kepengurusan pada tingkat sekolah yang berganti tiap taÂhun, kepengurusan dewan kerja mengadopsi model masa bakti 5 tahun, sesuai dengan masa bakti kwartir.

Dengan menjadi pengurus pramuka, anggota mendapat keÂsempatan belajar untuk menjadi memimpin dan kelegaan untuk dipimpin, kemauan mengatur dan kerelaan untuk diatur denÂgan tetap menjunjung tinggi keÂbersamaan. Anggota juga bisa belajar tentang kompetisi dalam suasana persaudaraan, dilandasi semangat perbaikan menjadi lebih baik. Membiasakan anak muda untuk mengemban tangÂgung jawab, penting untuk menÂciptakan kemandirian dan insting pengambilan keputusan. SemanÂgat â€belajar sambil melakukan†semacam itu mampu mendatangÂkan pengalaman bermanfaat. Perbuatan nyata diiringi dengan saling memotivasi akan menumÂbuhkan keingintahuan baru, dan tantangan dalam tiap kegiatan.
Sebagai organisasi, Pramuka memberikan ruang aktualisasi kepada anggota muda untuk belaÂjar mengeluarkan pendapat, meÂnyanggah, berdebat, berdiskusi hingga melahirkan keputusan. Tidak masalah apakah pendapat yang disampaikan kurang tepat atau sudah benar, karena semanÂgat yang dikedepankan adalah berani bersuara dan bertanggung jawab.
Forum Tertinggi
Kesempatan untuk mengemÂbangkan kemampuan public speaking dapat dilakukan dalam forum-forum musyawarah dari level kecil hingga besar. Melalui musyawarah, anggota Pramuka diajarkan bersikap rendah hati demi tercapainya solusi bersama dalam pengambilan keputusan. Di sinilah, anggota belajar meÂnyerap semangat demokrasi.
Di tingkat dewan kerja, dikeÂnal musyawarah Pramuka penÂegak dan Pramuka pandega putri dan putra (Musppanitera) yang merupakan forum tertinggi penÂegak dan pandega guna menamÂpung aspirasi, serta menentukan arah pembinaan dan pengemÂbangan mereka. Hal ini sesuai dengan falsafah dari, oleh, dan untuk penegak dan pandega. Di tingkat Jawa Tengah, forum ini mengundang semua utusan dari 35 kwartir cabang yang memÂpunyai hak untuk memberikan suara. Selain itu juga menghadirÂkan perwakilan andalan (anggota dewasa) sebagai penasihat, dan dewan kerja di tingkat atasnya seÂbagai narasumber. Artinya, prosÂes belajar berdemokrasi anggota muda, tetap didampingi anggota dewasa meskipun tidak secara penuh dilakukan.
Hal itu untuk memberikan keleluasaan pada anggota muda dalam membuat keputusan seÂcara mandiri. Nasihat diberikan ketika dibutuhkan. Lewat musyÂawarah, anggota muda diajarÂkan membahas tata tertib, dan agenda persidangan, memilih pimpinan sidang. Selanjutnya, mereka ditantang untuk bisa menyampaikan, membahas, dan mengesahkan laporan perÂtanggungjawaban dewan kerja. Termasuk menetapkan rencana kerja, memilih ketua dewan kerÂja, dan anggota formatur yang menyusun pengurus masa bakti berikutnya. Nilai demokrasi lain yang terlihat dalam organisasi pramuka, adalah keterwakilan pengurus putra dan putri.
Untuk menjamin kesetaraan diatur bahwa ketika ketua dewan kerja terpilih adalah seorang puÂtra, wakil ketua yang dipilih diÂharapkan seorang putri, demikiÂan sebaliknya. Jika melihat lebih dalam, proses pemilihan ketua pun dilakukan melalui proses musyawarah. Pramuka mengaÂjarkan bahwa pengambilan kepuÂtusan sebisa mungkin dilakukan melalui musyawarah mufakat. SeÂandainya tidak tercapai mufakat, keputusan diambil dengan cara pemungutan suara. (*)