Ayam bakar memang gak ada matinya. Banyak orang yang menekuni usaha ayam bakar, namun tetap saja laku keras. Buktinya Ayam Bakar Bang Juned, milik Eddy Nugroho, selalu ramai pengunjung. Outletnya di Jalan Gagalur 1 No 12, Bangbarung, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, tak pernah sepi pembeli.
Oleh :Rudi Irawan
[email protected]
Eddy Nugroho mengatakan, Ayam Bakar Bang Juned baru berdiri pada Juli 2013. Sejak awal outletnya di depan MasÂjid Arrahman, Bangbarung. Dari lapak tersebut, pria yang sebelumnya bekerja di sebuah perusahaan alat berat ini, mampu mencetak omzet hingga belasan juta rupiah.‘’Sebetulnya saya bikin usaha ayam bakar ini tidak sengaja, apalagi direnÂcanakan,’’ kata Eddy kepada Bogor Today, di Bangbarung, Selasa (1/12/2015).
Tidak mudah bagi Eddy dalam mengemÂbangkan usaha ini. Ia bercerita, sejumlah rintangan pernah dihadapi sebelum akhÂirnya dapat menuai hasil yang cukup bagus seperti sekarang.“Saya dulu kerja kantoran di perusahaan alat berat selama empat taÂhun. Rutinitas padat bikin saya divonis Hepatitis A oleh dokter. Saya sempat istiraÂhat setengah tahun dan masuk lagi bekerja. Pikiran saya kemudian bilang kenapa nggak berwirausaha saja,’’ katanya.
Sebelum menekuni usaha ayam bakar, Eddy sempat buka bisnis pakaian, karena saat itu pas bertepatan dengan momen Idul Fitri tahun 2012. Ia memanfaatkan mobilnya untuk dijadikan outlet berjalan dan menjaÂjakan pakaian di Taman Kencana Bogor.
“Ternyata saya kurang cocok di bisnis baju. Saya manfaatkan internet untuk menÂcari info usaha yang cocok untuk saya. KeÂmudian terpikir buat buka usaha ayam poÂtong. Saya buat kandang di samping rumah dan menjual 100 ekor ayam,†kata Eddy.
Tidak hanya menjual untuk kebutuhan rumah tangga, Eddy juga mengatakan bahwa ayam potongnya ia jajakan pula ke restoran-restoran yang dekat dengan lokasi rumahnÂya. ‘’Salah satu klien restoran ada yang minta suplay ayam, 15 ekor ayam per hari harus saya kirim ke restoran itu,’’ katanya.
Karena tak memiliki pengalaman dalam mengelola ayam poÂtong, restoran yang pesan ayam terseÂbut menolak ayam kiriman Eddy. Bukan karena kualitas ayamnya, tetapi lantaran berat bobot ayamÂnya. “Saya baru tahu kalau ayam potong yang dikirim harus memiliki berat 9 ons. SeÂdangkan ayam yang saya jual kualitas bagus dengan bobot sekitar 1,3 kg. Akhirnya ayam yang saya kirim ditolak. Kalau didiamkan ayam ini akan hancur atau bau,†ceritanya.
Meski sedikit kecewa, Eddy rupanya tiÂdak mau larut dalam kekecewaan. Ia kemuÂdian mencari solusi agar ayam ini tetap bisa dijual. Seperti biasa, Eddy memanfaatkan teknologi internet di smartphone-nya untuk mencari resep ayam olahan.
“Akhirnya kepikiran buka restoran ayam bakar. Hari itu juga pas ditolak restoran, saya cari resep bumbu ayam bakar. KemudiÂan saya langsung aplikasikan. Saya dan istri beranikan diri buka lapak seberang Masjid Arrahman Bangbarung,†katanya.
Lagi-lagi, usahanya tak semulus yang dibayangkan. Ia sempat dimaki-maki oleh konsumen karena ada bercak darah pada potongan ayam yang ia jajakan. “Ayam ukuÂran besar ternyata mengolahnya lebih sulit. Kritik dari konsumen saya terima untuk perbaikan ke depan. Saya terus perdalam lagi cara memasak dan mengolah ayam berukuran besar,†tandasnya.
Akhirnya, Eddy menemukan komposisi yang pas untuk menu ayam bakarnya. SeÂjumlah konsumen pun kepincut membeli ayam bakar olahan Eddy. Promosi dari muÂlut ke mulut dan sosial media membantu mencuatkan nama Ayam Bakar Bang Juned.
Awalnya hanya beberapa potong terjual, kini Eddy mampu menjual minimal 10 ekor per hari dengan omzet belasan juta rupiah. “Order banyak ketika jelang makan siang. Kebetulan saya sediakan jasa pesan antar. Selain karyawan kantoran, alhamdulillah sejumlah instansi seperti pemerintahan, perbankan dan perusahaan swasta pesan nasi box dengan menu ayam bakar ke kami,’’ katanya.
Eddy menjelaskan, kenapa konsumen memilih Ayam Bakar Bang Juned. “Kita puÂnya nilai plus. Misalnya ayam saya lebih beÂsar ukurannya. Satu ekor ayam, saya potong menjadi empat bagian saja. Bisa diantar waÂlaupun beli cuma satu potong,’’ ujarnya.
Kemudian, Eddy juga berani dibumbu dan sambal. Saya jamin walau harga cabai naik, kualitas rasa pedasnya tidak akan berkurang. Rasanya juga tidak kalah karena bumbu meresap dan tekstur ayam bakar yang lembut,†tandasnya.
Ayam Bakar Bang Juned ini harganya sangat terjangkau mulai dari Rp 15 ribu per potong hingga Rp 58 ribu per ekor konÂsumen sudah bisa menikmatinya. ‘’Kita buka mulai jam 11:00 siang atau rata-rata pas jam makan siang sampai habis, ya jam 15-an,’’ katanya.
Ayam Bakar Bang Juned memiliki obsesi untuk menjadi sebuah restoran. Saat ini, usaha Eddy tersebut masih berupa lapak semi permanen. Banyak yang meminta franchise, tapi Eddy takut rasanya akan berubah. ‘’Jangan sampai menghancurkan rasa yang sudah dijaga selama ini,’’ pungÂkasnya. (inten/nadya)