TAK hanya orang dewasa atau orangtua, anak-anak ternyata juga bisa terkena hipertensi atau tekanan darah tinggi. Walau jumlahnya tak banyak, tetapi penyakit ini tak boleh disepelekan.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]Â Tahukah bahwa anak keÂcil pun bisa menderita penyakit darah tinggi. Biasanya penyakit ini meÂnyerang orang dewasa dan berusia lanjut. Selain faktor makanan, stres dan kurang olahraga juga menjadi pemicu penyakit ini.
Kini ditemukan banyak anak yang terkena penyakit itu. Umur penderitanya variatif, mulai lima tahun, delapan tahun, sampai 10 tahun.
Pakar hipertensi dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP (K), FIHA, menÂgungkapkan, prevalensi hipertensi pada anak-anak memang tak terÂlalu tinggi, yaitu 1-2 persen.
Ann menjelaskan, pada bayi baru lahir, hipertensi bisa terjadi karena renal artery thrombosis atau adanya gumpalan darah di ginjal.
Jika pada orang dewasa hipÂertensi disebabkan karena faktor keturunan atau gaya hidup tak sehat, pada anak-anak hipertensi bisa karena kelainan sekunder sepÂerti kelainan ginjal di jaringan (78 persen), kelainan endokrin seperti hipertiroid, hiperaldosterone atau Conn’s Syndrom, dan kelainan lainnya.
Penyebab lainnya adalah karena pengaruh obat-obatan dan penyemÂpitan pada aorta. “Jadi, deteksi dini pada anak-anak penting dilakukan untuk mencegah hipertensi pada masa dewasa. Observasi tekanan darah bisa dimulai saat anak beruÂsia di atas 3 tahun,†kata Ann.
Ukuran tekanan darah pada anak-anak tentu berbeda dengan orang dewasa. Ann menjelaskan, pada anak-anak, dalam mengukur tekanan darah harus disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan.
Menurut dia, hipertensi harus dicegah sejak dini. hipertensi pada usia muda dikhawatirkan meninÂgkat jika banyak anak kegemuÂkan akibat kurang gerak, asupan makanan tinggi garam, kebiasaan merokok, hingga stres pada usia remaja.
“Rata-rata penderitanya memiÂliki keluhan serupa. Ada yang sakit kepala, lalu muntah-muntah hingÂga kejang-kejang,†tambahnya.
Selain itu, hipertensi pada anak pun bisa meningkatkan risiko peÂnyakit kardiovaskuler saat dewasa. Hal ini juga bisa berisiko pada keÂmampuan belajar. S
ebagian besar anak-anak hiperÂtensi sulit menangkap pelajaran. Hal ini dibuktikan dengan studi Dokter Marc Lande dan koleganya dari University of Rochester MediÂcal Center (URMC), New York, Amerika Serikat.
Anak-anak bisa pula terkena hipÂertensi karena sang ibu mengalami kenaikan tensi pada saat hamil. Jika lahir, anaknya berisiko empat kali lebih besar terkena tekanan darah tinggi. Hipertensi pun dapat diakibatkan perkembangan paru-paru yang kurang sempurna atau penyempitan aorta pada jantung. Penelitian terbaru yang dilakukan periset Universitas Brook, AmeriÂka Serikat, menunjukkan bahwa faktor stres juga menjadi pemicu hipertensi.
Bagi Halaman