Pasutri pemain film porno itu, menurut keterangan polisi, memasang iklan di dunia maya. Mereka beriklan untuk memperton­tonkan hubungan badan secara langsung. Pelanggan yang menonton juga bisa turut serta berhubungan badan dengan pemain wanita.

Kasus pasutri pemain film porno ini merupakan sebuah isyarat bagi para penja­ga moral—pemuka agama, guru, ustadz dan para orang tua—bahwa dekadensi moral su­dah berada di dapur kita.

BACA JUGA :  REFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL: REPRESI SISTEM PENDIDKAN DALAM BENTUK KOMERSIALISASI

Ambruknya moral ini tentu bukan tanpa sebab. Hal ini merupakan hasil dari sebuah proses pembusukan moral yang sudah lama berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Pembusukan moral itu antara lain terjadi melalui penyebaran tontonan-tontonan yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai moral.

Selain itu, pergeseran nilai yang tengah terjadi di masyarakat dari nilai-nilai relijius ke nilai-nilai hedonisme kebendaan, telah mendorong sebagian masyarakat mengha­lalkan segala cara demi untuk meraih keme­wahan materi yang diinginkannya. Pasangan suami istri yang menjadi pemain film porno ini, merupakan contoh kecil dari kian ron­toknya nilai-nilai moral relijius di tengah kita.

BACA JUGA :  BERGERAK BERSAMA, MELANJUTKAN MERDEKA BELAJAR

Tentu, ini tantangan bai kita semua, pal­ing tidak bagaimana kita membentengi ke­luarga kita sendiri dari ancaman dekadensi moral yang kian menohok ke dalam jantung kehidupan kita. (*)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================