Dari dalam negeri, pengaruh ter­besar datang dari tingginya kebutuhan valuta asing oleh berbagai perusahaan untuk pembayaran dividen. “Banyak korporasi yang memerlukan valas un­tuk melakukan pembayaran dividen ke luar negeri atau pun kewajiban lain. Jadi secara umum itu adalah bersifat se­mentara dan BI akan terus ada di pasar untuk terus menjaga,” terang Agus.

Pekan lalu, The Fed memang mengejutkan investor dengan ren­cana kenaikan suku bunga acuan pada Juni. Ini membuat bursa saham utama dunia naik, dipimpin oleh saham sek­tor keuangan. Demikian juga dengan saham teknologi yang mendapatkan keuntungan dari kenaikan suku bunga acuan ini. Kemudian, nilai tukar euro juga turun 0,7% ke USD 1,1136, atau tingkat terendah sejak 16 Maret.

BACA JUGA :  Jadwal SIM Keliling Kabupaten Bogor, Selasa 14 Mei 2024

“Ekspektasi kenaikan suku bunga oleh The Fed ini jadi penggerak utama dolar AS,” kata Analis, Richard Franu­lovich, dilansir dari Reuters, Rabu (25/5/2016).

Bursa saham Wall Street juga ditu­tup menguat 1% lebih pada perdagan­gan Selasa. Meski kenaikan suku bun­ga acuan ini bisa berpengaruh negatif bagi pasar saham, namun para pelaku pasar saham melihat adanya prospek perbaikan kondisi ekonomi AS.

BACA JUGA :  Sambut HUT ke-13, Lorin Sentul Hotel Gelar Turnamen Futsal Antar Hotel dan Restoran se-Jabotabek

Sementara harga minyak naik, karena investor mengantisipasi turun­nya stok minyak dari AS. Harga minyak jenis Brent naik 0,5% ke USD 48,61/barel. Harga minyak West Texas Inter­mediate (WTI) naik 1,1% ke USD 48,62/barel. Penguatan dolar ini membuat harga emas turun ke tingkat terenda­hnya dalam 4 pekan terakhir. Harga spot emas turun 1,5% ke USD 1.229,25 per ounce.

(Yuska Apitya/dtk)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================