Dari dalam negeri, pengaruh terÂbesar datang dari tingginya kebutuhan valuta asing oleh berbagai perusahaan untuk pembayaran dividen. “Banyak korporasi yang memerlukan valas unÂtuk melakukan pembayaran dividen ke luar negeri atau pun kewajiban lain. Jadi secara umum itu adalah bersifat seÂmentara dan BI akan terus ada di pasar untuk terus menjaga,†terang Agus.
Pekan lalu, The Fed memang mengejutkan investor dengan renÂcana kenaikan suku bunga acuan pada Juni. Ini membuat bursa saham utama dunia naik, dipimpin oleh saham sekÂtor keuangan. Demikian juga dengan saham teknologi yang mendapatkan keuntungan dari kenaikan suku bunga acuan ini. Kemudian, nilai tukar euro juga turun 0,7% ke USD 1,1136, atau tingkat terendah sejak 16 Maret.
“Ekspektasi kenaikan suku bunga oleh The Fed ini jadi penggerak utama dolar AS,†kata Analis, Richard FranuÂlovich, dilansir dari Reuters, Rabu (25/5/2016).
Bursa saham Wall Street juga dituÂtup menguat 1% lebih pada perdaganÂgan Selasa. Meski kenaikan suku bunÂga acuan ini bisa berpengaruh negatif bagi pasar saham, namun para pelaku pasar saham melihat adanya prospek perbaikan kondisi ekonomi AS.
Sementara harga minyak naik, karena investor mengantisipasi turunÂnya stok minyak dari AS. Harga minyak jenis Brent naik 0,5% ke USD 48,61/barel. Harga minyak West Texas InterÂmediate (WTI) naik 1,1% ke USD 48,62/barel. Penguatan dolar ini membuat harga emas turun ke tingkat terendaÂhnya dalam 4 pekan terakhir. Harga spot emas turun 1,5% ke USD 1.229,25 per ounce.
(Yuska Apitya/dtk)