Secara umum, diabetes yang terkontrol bukan halangan untuk ikut berpuasa selama bulan Ramadan. Namun pada kondisi tertentu, dokter menganjurkan sebaiknya tidak ikut puasa.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Kanker nasofaring tumbuh di area nasofaring. Area itu meliputi rongga belakang hidung atau belakang lanÂgit-langit mulut,†kata dokter speÂsialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi medik Rumah Sakit Kanker Nasional Dharmais, Asrul Harsal.

Menurut Asrul, kanker itu paling banyak muncul pada ras mongoloid dan kasus terÂtinggi ada di Asia Tenggara. Berdasarkan riset Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2012, InÂdonesia ada di posisi ketiga kanker nasofaring terbanyak dengan prevalensi 4-9 pasien per 100.000 orang.
Namun, menurut dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan RS Kanker DharÂmais, Cita Herawaty, penanganan medis kankÂer nasofaring baru mencapai 15 persen dari jumlah total penderita di Indonesia. Padahal, kanker itu menempati posisi keempat kanker terbanyak di Indonesia dengan prevalensi 4-9 penderita per 100.000 orang.
Setiap tahun diperkirakan ada sekitar 500 kasus baru kanker nasofaring. “Kami baru bisa mengambil data dari rumah sakit besar, belum ada studi menyeluruh di Indonesia,†kata Cita.
Asrul menjelaskan, kanker nasofaring banyak menyerang laki-laki, yakni pada usia muda, 5-26 tahun, dan pada usia lanjut, 65-79 tahun. Hormon testosteron pada pria menuÂrunkan respons imun sehingga pria rentan infeksi virus Epstein-Bar, penyebab kanker nasofaring.
Cita menambahkan, virus Epstein-Bar meÂningkatkan antibodi genom virus di tumor. Virus itu banyak ditemukan di rongga mulut manusia dan jadi pemicu kanker nasofaring. Namun, kanker itu juga disebabkan, antara lain, paparan zat kimia, termasuk asap, dan konsumsi makanan mengandung zat pemicu kanker atau karsinogenik. Jenis kanker itu juga dipicu kebiasaan merokok dan miÂnum alkohol berlebihan.