“Penting mendiagnosis kanker nasofaring sejak tahap awal agar prognosisnya baik. Perlu diwaspadai gejala sep­erti pilek berkepanjangan atau mimisan berulang,” ujarnya. Gejala kanker nasofaring tak spesifik karena menyerupai pilek atau sinusitis.

Jika kanker sudah membesar, gejala lain akan timbul, misalnya bengkak di leher, pen­dengaran terganggu, sakit kepala, dan pandan­gan ganda. “Sekitar 90 persen penyebab beng­kak di leher adalah kanker nasofaring. Jika bengkak leher, segera periksakan ke dokter THT agar dibiopsi. Jangan langsung dibedah karena jika kanker diambil, penyebarannya akan lebih cepat,” kata Cita.

BACA JUGA :  Benarkah Sakit Kepala Bisa Sembuh dengan Minum Teh? Simak Ini

Pada stadium awal, biasanya dengan terapi tunggal dan pada stadium lanjut melalui kom­binasi kemoterapi dan radioterapi. “Pengo­batan kanker nasofaring berupa radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi keduanya. Jenis terapi tergantung stadium pasien,” kata dok­ter Defrizal.

Jenis radioterapinya berbeda antara sinar luar dan sinar dalam. “Saat ini, teknologi su­dah maju sehingga efektivitas terapi tumor tinggi dan efek samping minimal. Teknologi tiga dimensi memusatkan radiasi di sel kanker dan tak terkena jaringan sehat,” kata Defrizal. Angka kelangsungan hidup se­lama tiga tahun bisa 100 persen jika kanker naso­faring ditan­gani pada stadium awal.

BACA JUGA :  Gangguan Mental Bisa Jadi Pemicu Susah Bangun Pagi, Benarkah?

Selain itu, menurut Cita, kini vaksin kanker naso­faring tengah dikem­bangkan. “Kini masih tahap satu, yakni pen­getesan manfaatnya bagi manusia,” katanya.

Untuk mencegah kank­er nasofaring, menurut dokter spesialis penya­kit dalam RS Dharmais, Hilman Tadjoedin, hal terpenting ialah men­jalankan gaya hidup se­hat. “Gaya hidup sehat efektif menurunkan risiko kanker,” ucap­nya. (*)

 

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================