Menurutnya, data yang diÂperhitungkan keduanya sangat kuat. Sebab, pada 2017 menÂdatang wilayah Parungpanjang harus bebas buta aksara. “Saat ini tinggal beberapa lagi yang seÂdang kami garap,†sebutnya.
Sutarbun -sapaan akrabnya-menjelaskan, singkatnya masa belajar warga disebabkan faktor perekonomian. Sehingga lebih memilih pendidikan nonformal seperti pondok pesantren jika putus sekolah. “Terutama desa yang paling tersisih seperti di Gintung Cilejet. Jadi mereka ikut pendidikan nonformal. Tapi sedikit yang putus sekolah lanÂjut ke pesantren. Lebih banyak yang sekolah sambil nyantri,†tandasnya. (Latifa Fitria)
============================================================
============================================================
============================================================