downloadEMPAT kata Bogor Hejo Rakyat Ngejo, sekarang telah menjadi Teksline dan Harian Surat Kabar Bogor Today yang tengah anda baca, tertulis dengan manis di sudut kanan atas halaman pertama (cover), sungguh menarik perhatian.

Oleh: H. FRI SUHARA, SH. MH
Akademisi

Saya sebagai warga Bo­gor, sungguh terharu dan penuh rasa kesyu­kuran, karenanya mengappreciate-melalui tulisan ini dan mencoba mem­bedahnya dalam keterbatasan pengetahuan tentang kesundaan walaupun saya orang sunda.

Rasa kesyukuran mana di landasi oleh opini dan kesan peribadi yang di yakini di – ami­ni – oleh masyarakat sunda dan warga Bogor yang lainnya, be­tapa tidak pada saat “GREEN IS­SUES” tengah menggelora dan pemerintah Kota Bogor yang di komandani Walikota Dr. H. Bima Arya dengan dukungan berbagai komponen masyarakat, terutama dukungan surat kabar ini tengan bergiat “ luar biasa “ melakukan berbagai kegiatan.

seperti penanaman pohon diberbagai lahan kritis, antara lain dibantaran sungai-sungai yang ada di Bogor, pembuatan taman-taman baru, dan me-re­vitalisasi taman yang sudah ada “tak terurus” yang sejatinyamen­jadi kebutuhan asasi mamusia untuk hidup dalam lingkungan yang sehat dan nyaman dan tak dinafikan kenyamana bagi tamu-tamu luarkota Bogor, baik yang berkunjung sebagai wisatawan maupun melintas di Kota Bogor, Kota perlintasan antar Kota dan di kenal sebagai Kota Pariwisata.

Semangat meng “green” kan Kota ini oleh Walikota begitu gen­car sampai-sampai ada masyara­kat yang menggelari Walikotanya sebagai “ WAGIMAN” Walikota Gila Taman, saya pribadi menga­prisietnya untuk memperkokoh kembali sebutan Kota Bogor, selan sebagai “ Rain City “ juga mengembalikan sebutan ber­gengsi sebagai “City in Park”, kota dalam taman.

Kembali ke teksline Bogor Hejo Rakyat Ngejo, penulis me­maknai dan memahami sebagai suatu “Supporting” dari Bogor Today kepada warga Bogor, agar termotivasi dan mengimple­mentasikan “Green Issue” pada kehidupan rumah tangga ma­sing-masing, tak kalah penting motivasi bagi pimpinan istansi dan institusi di Kota Bogor untuk melakukan penghijauan diling­kungannya, dengan semangat RAKGANTANG, Gerakan Gan­drung Tatangkalan, yang per­nah digelorakan beberapa puluh tahun yang lalu oleh Gubernur Jawa Barat SOLIHIN. G. P, masih Relevant digelorakan kembali.

BACA JUGA :  REFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL: REPRESI SISTEM PENDIDKAN DALAM BENTUK KOMERSIALISASI

Penulis sendiri salah seorang yang termotivasi oleh ajakan Gubernur SOLIHIN. G.P sejak dulu,tidak mentelantarkan tanah dihalaman rumah untuk di tana­mi berbagai pohon, dari mulai tanaman hias, toga dan tamanan produktip, memanpaatkan pula kaleng-kaleng bekas cat tembok di isi tanah dan ditanami tana­man sesuai kapasitas dan vol­ume.

Berkaitan dengan Bogor Hejo Rakyat Ngejo sesungguhnya dapat di wujudkan oleh setiap warga Bogor dengan cara seder­hana, Warga yang memiliki se­dikit tanah kosong ( pekarangan) baik di depan, di samping atau di belakang rumah untuk meman­paatkannya.

Penulis sendiri yang kebetu­lan hanya memiliki pekarangan didepan rumah telah di tanami lebih dari sepuluh jenis pohon tanaman, baik tanaman hias maupun tanaman produktip yang diyakini memberi manpaat prak­tis menunjang keperluan keluar­ga seperti menanam pohon pan­dan, cabai rawit, cabai merah, tomat, suji, kemangi, (semuanya di dalam pot kaleng bekas).

Pada lahan yang agak lebar di tanam pohon salam dan pohon jeruk purut, jeruk mipis, jeruk limo (kalau sedang panen ada pedagang dari pasar yang sengaja membelinya), di sampning itu mempaatkan pula menanam po­hon manggah, pohon sawo dalam pot drum yang lelatip besar dan pada pagar rumah di manfaat kan untuk tanaman yang merambat seperti sirih dan disela-sela pagar di tanami TOGA seperti kumis kucing dll yang dengan itu bisa berbagi dengan tetangga dan un­tuk kesuburan/penyiraman, air hujan di tampung dengan menye­diakan bak kecil disudut rumah serta dimasukan ikan mujair untuk memakan jentik-jentika nyamuk.

Teksline, Bogor Hejo Rakyat Ngejo Harian Bogor Today saya serankan untuk disosialisasikan terus dengan berbagai model dan cara untuk menyadarkan ma­syarakat serta dapat diwujudkan.

Teksline, Bogor Hejo Rakyat Ngejo sejatinya seiring dan se­jalan dengan moto Kota Bogor “Dina Kiwari Ngancik Nubihari, Seja Ayeuna Sampeureun Jaga”, Bawasanya apa-apa yang kita nikmati sekarang adalah hasil perjuangan dan kerja ( Bapak/ Ayah,Pendahulu Kita) dan kita kerjakan untuk masa depan tu­runan/generasi kita berikutnya, dalam dimensi luas di illustrans­trikan dengan hijaunya rumah Warga Bogor Otomatis akan menghijaukan Kota Bogor, yang di wariskan kegenerasi Warga Bo­gor Berikutnya

BACA JUGA :  HALAL BIHALAL HANYA ADA DI INDONESIA DAN BANYAK MANFAATNYA

Kalau Hejo (hijau)nya Kota Bogor dengan tanaman produktif maka akan dapat menghasilkan uang dan uang itu dapat di be­likan makanan sehingga Rakyat Ngejo (Masyarakat Makan) atau hasil produksi tanaman sendiri kalau berupa buah dapat di man­faatkan langsung, bila tanaman hias dapat di budidayakan dan di jual.

Moto Kota Bogor diatas ses­ungguhnya adalah “ falsavah ke­hidupan” Orang Bogor yang se­cara sosiologis (kemasyrakatan) telah menjadi etika kehidupan. Akan tetapi dalam perjalannya ti­dak semulus yang di harapkan di karenakan gejolak dan perkem­bangan zaman ikut mewarnai masyarakat di tambah lagi ke­nyataan (fakta) falsafah dan pan­dangan hidup bangsa, pancasila kususnya pasca reformasi “Ke­babalasan” nyaris termarjinalkan oleh gelombang reformasi yang di dukung kekuatan kapitalisme dan liberalisme yang takpelak lagi ikut mewarnai kehidupan masyarakat.

Bagi Warga Bogor semangat Bogor Hejo Rakyat Ngejo sevirit­nya harus terus di gelorakan, dan penulis mencatat tapakuran Walikota Diani Budiarto pada Hari Jadi Kota Bogor yang ke 524 Tahun 2006 : “Lama Sudah Bo­gor menmpuh windu dan abad dalam lakon panjang sejarah masa silam hingga di masa kini. Bersyukurlah kita karena dalam kurun waktu yang panjang terse­but Bogor tak pernah tenggelam ditelan jamannya, meskipun seja­rah mengalami pasang dan surut sebagaimana layaknya gelom­bang samudera.

Bogor yang berarti tunggul kawung semoga tetap tegar men­julang dengan akar yang kokoh menggenggam bumi. Kita para penghuni Bogor dalam penggalan waktu yang singkat dari bentang sejarah Bogor hendaknya senan­tiasa mengingat kebesaran sang Maha Pencipta dengan Tasbih, Tahmid, dan Takbir yang tidak terputus, serta istigfar atas segala kesalahan pikir, ucap, dan tidak kita di masa lalu, disertai hara­pan semoga Allah senantiasa me­limpahkan ridha dan barokahnya dalam kehidupan kita yang masa berlanjut”. (*)

 

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================