Untuk studi ini, penelÂiti mensurvei hampir 16.500 orang deÂwasa yang bekerja, rata-rata usia 37. Dari jumlah itu, sekitar 6.000 orang adalah pria dan 10.500 adalah wanita. Studi menemukan, bahwa delapan persennya memenuhi syarat sebagai pecandu kerja.
Dari delapan persen itu, sepertiganya ternyata memiliki ADHD dan 26 persÂen menunjukkan tanda-tanda gangguan obsesif kompulsif. Bahkan, 34 persennya menÂgalami gangguan kecemaÂsan (anxiety disorÂder). Para ahli menÂcurigai, mungkin ada pengaruh gen terhaÂdap kebiasaan atau kesukaan bekerja. Ada juga kemungkinan bahwa gila kerja dapat menyebabkan penyakit mental, atau sebaÂliknya. Studi ini belum memberikan jawaban yang jelas mana yang lebih dulu ada.
Steve Sussman, seorang profesor keÂdokteran bidang preventif, psikologi dan pekerjaan sosial di University of Southern California mengatakan bahwa kecanduan kerja sering tidak dipahami dengan baik oleh banyak orang.
Bahkan,beberapa ahli masih memperÂtanyakan apakah gila atau kecanduan kerja itu benar-benar ada atau tidak, tambahnya.
Walau hal ini masih ambigu, penelitian ini juga mencatat, terapis dapat membantu pasien untuk mengelola kecenderungan kecanduan kerja mereka, misalnya dengan cara mengembangkan strategi untuk memÂbantu pasien bisa dan mau meninggalkan pekerjaan sementara mereka berada di rumah atau di tengah keluarga. (Latifa/net)