Cenderung merusak ekoÂÂsistem saat melakukan pemÂÂbangunan. Bencana itu terjadi karena terlanjur dalam pola pikir manusia kalau merusak ekosistem bukan perangai yang salah. Saat banyak yang tewas maka berpikirlah kalau itu kesÂÂalahan manusia. Mengapa maÂÂnusia salah karena telah memÂÂbangun pada ruang lingkungan yang salah. Rumah dibangun diatas rawa-rawa maka termasuk kesalahan. Saat pinggiran sungai diubah menjadi ladang maka mempercepat aliran permukaan saat hujan. Akhirnya banjir. SunÂÂgai, danau, dan rawa termasuk embung alami. Bisa dikatakan sebagai empang alami. Empang alami ini harus dijaga agar tidak terjadi banjir.
Terakhir, cobaan juga diÂÂberikan kepada manusia. Ada juga yang kita lihat manusia yang hidup miskin namun meÂÂlarat didunia. Kita mengenalnya seorang manusia yang beriman. Keterbatasan ekonomi itu sebaiÂÂknya menjadi pelajaran baginya agar menjadi manusia yang lebih hebat lagi. Jadi ada hikmah dan nikmat disebalik musibah itu. Kita juga bisa melihat bagaimana seseorang yang ditinggal meninÂÂggal oleh Anaknya. Iapun hanya punya satu anak. Anak itu harus kembali kepada Allah. Tampak ia tak sanggup untuk menerimanÂÂya. Setelah itu ada nikmat yang ia dapatkan. Sama halnya banÂÂyaknya bencana alam yang kita alami kini. Banjir dan kekeringan yang akan kita alami sebagai teÂÂguran dari Allah meski satu sisi kita merasakan hal yang sulit unÂÂtuk melepaskan diri dari bencana itu karena begitulah keadaannya kini. Buminya rusak. Setelah terlepas dari bencana itu maka kita dapat nikmat Iman. Kita akan menjadi manusia yang sadar diri untuk tak banyak merusak.
Dari A’isyah, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw. Bersabda, “setiap orang Islam yang terkena duri atau lebih beÂÂsar dari itu, niscaya ditulikan (dinaikkan) untuknya satu deÂÂrajat, dan dihapuskan untuknya satu dosa. (HR Imam Muslim). Dari hadis diatas dapat kita keÂÂtahui bahwa kita menjadi maÂÂnusia yang kelasnya lebih tinggi dibandingkan dengan kelas sebeÂÂlum dapat musibah. Semua yang pernah terkena bencana akan menyiapakan hidupnya lebih baik. Jika tidak diberikan benÂÂcana maka dirinya akan terlena dalam megelola alam dengan cara yang salah. Disini tampak Allah sayang karena Allah tidak mau mereka berbuat lebih buruk lagi dari itu.
Seseorang yang ingin naik kelas dalam kehidupan maka bersykurlah atas bencana. Untuk menghadapi cobaan kehidupan maka ada dua kunci yang harus dipegang yaitu Iklas dan sabar. Jika kita ikhlas menghadapi semua masalah kehidupan dan sabar maka inilah yang kita seÂÂbut lolosnya seseorang dari maÂÂsalah hidup. Meskipun kerap kali manusia tak sabar dengan apa yang sedang diujikan kepadanÂÂya. Mengeluh dan putus asa. Jika mengeluh maka manusia meÂÂnyesali apa yang menjadi ujian baginya. Manusia yang pernah mengalami cobaan kemudian ia melihat orang lain yang pernah ia alami maka akan menumbuhÂÂkan perilaku sayang dan sikap menolong.
Jika seseorang tak pernah mengalami maka apa yang orang lain rasakan tidak pernah ia rasa jika ujian itu sangat berat untuk menjalaninya. Disini pentingnya manusia mendapatkan cobaan hidup yaitu agar berbagi kepada orang lain atas harta yang ia miliki. Mekipun demikian kita juga haÂÂrus mempertanyakan dan sering mengoreksi diri karena bencana tidak akan datang jika manusia banyak yang beriman. Dengan bencana ekologis akan memberiÂÂkan hikmah kepada manusia. PerÂÂtama, manusia lebih memahami ruang-ruang ekosistem dialam. Dengan kejadian bencana maka mendorong manusia untuk memÂÂperbaiki ekosistem.
Kedua, manusia lebih cerdas menggunakan tata ruang ekoÂÂsistem. Menatanya menjadi lebih baik. Jika ekosistemnya danau dan rawa maka jangan lagi guÂÂnakan untuk perumahan. Jangan juga perbanyak industri dengan cara menutup kawasan ekoÂÂsistem danau, rawa dan sungai. Ketiga, menyuruh manusia unÂÂtuk mengosongkan daerah pingÂÂgiran sungai sehingga bencana dapat diatasi. Terakhir, manusia akan merasa bersalah dan naik keimannya karena diberikan bencana. Meskipun saat terkena bencana manusia banyak yang bersedih. (*)