IMG-20160220-WA0000Nia S. Amira
[email protected]

Nun di ujung timur nusan­tara, anak-anak di sekolah SMK Dafonsoro terlihat senang dan bersemangat saat saya berkunjung bulan Feb­ruari lalu. Anak-anak Papua yang haus pendidikan dan pergaulan dengan sesama teman dari dae­rah lain merasa mendapatkan setitik air di tengah panasnya udara kota Sentani yang hanya berjarak 10 menit dari bandara. Dengan luas 225.90 km2 dan penduduk sekitar 44.779 jiwa menu­rut sensus tahun 2010, Sentani yang merupakan kecamatan di Kabupaten Jayapura, Propinsi Papua ini memiliki kesempatan yang luas bagi masyarakatnya yang ingin berkembang dan maju, terutama para genera­si mudanya.

Sekolah yang dibangun dengan semangat kecintaan kepada dunia pendidikan serta rasa kepedulian terhadap masa depan anak-anak Papua terlihat masih membutuh­kan sentuhan-sentuhan dari orang-orang yang benar-benar ingin mem­bantu keberlangsungan pendidikan. Zakarias Yoppo (53) sang Kepala Sekolah yang dahulu pernah berke­cimpung di dunia politik berputar haluan karena miris melihat masih banyak anak-anak dari daerah pe­gunungan di sekitar Jayapura yang ingin bersekolah namun tiada daya karena kemiskinan. Zaka, demikian ia biasa dipanggil terlihat lebih Jawa dari orang Jawa dan terkesan jauh dari karakter orang Papua keban­yakan.

Ia merupakan motor peng­gerak sekolah yang didirikannya atas dasar cinta kasih kepada gen­erasi muda Papua bersama saha­bat-sahabatnya Marcel The, Benny Yarisitauw dan Nicodemus Imbir. Sebagai orang yang lama menetap di Yogyakarta dan banyak bergaul dengan berbagai kalangan di tanah Jawa serta lulus dari Universitas Immanuel Yogyakarta jurusan Teo­logi tahun 1992, Zaka sangat paham bahwa tidaklah semudah membalik telapak tangan jika ingin memban­gun tanah kelahirannya terutama di bidang pendidikan di kota kelahi­ranya di Sentani. Zaka yang juga me­miliki dua anak dari penikahannya dengan Cornelia Mnusefer ini sadar bahwa ia harus bekerja ekstra keras membangun hubungan dengan ber­bagai pihak agar ia dapat mewujud­k a n cita-cita anak-anak Papua menjadi tuan rumah di tanah sendiri.

BACA JUGA :  Pangandaran Diguncang Gempa Terkini M3,7, Pusat di Laut Kedalaman 10 Km

Akan halnya anak-anak di­diknya yang sering tertidur pada jam-jam pelajaran berlan­sung, Zaka maupun ketiga saha­batnya tidak memberlakukan hukuman karena sudah diketahui anak-anak tersebut tinggal jauh dari keluargnya dan bekerja di ladang petani ubi jalar demi pemenuhan pangan mereka sehari-hari.

Zaka tidak pernah meneteskan airmata, sebaliknya di balik sikap lembutnya ia berpikir layaknya Semar yang selalu ingin mengayomi semua pihak. Berada di ujung nasib anak-anak didiknya, Zaka senantia­sa berdoa dan selalu berpikir positif bahwa suatu hari jika memang Tu­han berkehendak, dan dengan du­kungan sahabat-sahabatnya dapat membangun pendidikan di Sentani dengan lebih baik lagi.

Propinsi Papua yang dahulu dikenal sebagai Irian Jaya merupak­an wilayah dengan multi etnik yang ada di Indonesia. Propinsi yang sangat cantik namun juga kurang terawat jika kita berkunjung ke danau Sentani yang merupakan danau terpanjang di dunia, segala jenis sampah mengotori danau yang sesungguhnya dapat menjadi mascot Propinsi Papua dan men­jadi daya tarik industri pariwisata yang dapat menarik turis dari seki­tar wilayah Asia Timur dan Pasifik jika melihat dari sisi kedekatan geo­grafisnya.

Anak-anak SMK didikan Zaka pun sebenarnya sudah dipersiap­kan ke arah tersebut karena pari­wisatalah bidang yang sangat cocok bagi pembangunan wilayah keca­matan Sentani hingga ke Depapre yang merupakan daerah pesisir yang langsung berhadapan samu­dera Pasifik, sekitar 45 kilometer dari Sentani yang terkesan terisolasi meski belum tersentuh secara kom­prehensif.

BACA JUGA :  Rafael Struick Yakin Timnas Indonesia Mampu Tumbangkan Uzbekistan

Bagaimana peran pemerintah setempat serta gereja sebagai ba­sis organisasi kemasyarakatan bagi penduduk Papua yang 90% beraga­ma Kristen itu. Ada beberapa organ­isasi internasioal di bawah payung pendidikan seperti UNICEF, namun lebih banyak hal yang harus dilaku­kan secara swadaya oleh Zaka dan para sahabatnya sehingga pemenu­han untuk pendidikan anak-anak didik mereka yang duduk di bangku SMK dengan konsentrasi Turisme ini dapat menjadi andalan Propinsi Papua di masa datang.

Dengan semangat juang yang tinggi, Zaka bersama ketiga saha­batnya itu sampai rela harus tidak menerima uang gaji sebagai tenaga pengajar serta harus sampai men­jual hasil kerajinan mama-mama Papua seperti yang sering dilakukan oleh Marcel The, demi anak-anak di­diknya dapat memiliki buku-buku, juga bagi pemenuhan hidupnya.

Cita-cita Zaka dan ketiga saha­batnya tidak muluk-muluk, mer­eka hanya ingin murid-murid SMK Dafonsoro menjadi contoh teladan bagi murid-murid sekolah sejenis. Zaka berkata lirih sambil menun­dukkan kepala,”Kami benar-benar membutuhkan bantuan berbagai pi­hak yang ada di seluruh nusantara, tidak terbatas di Papua saja karena pendidikan adalah tugas mulia se­luruh lapisan masyarakat, terutama Negara.”

” Air terjun gunung Cyclop men­galir deras dari ketinggian, terlihat jelas meski jauh dari jendela kamar hotel tempat saya menginap. Indah namun cukup sulit dijangkau ke­beradaannya. Sama seperti halnya masalah pendidikan di tanah Papua yang sesungguhnya kaya raya terse­but, tanah yang indah namun pen­didikan bagi anak-anak Papua terasa masih jauh berada di belakang.

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================