SETELAH berbulan-bulan isunya bertebaran, reshuffle Kabinet Kerja akhirnya diumumkan secara resmi kemarin. Pengumuman resmi ini menjawab semua spekulasi soal namanama baru yang masuk dalam Kabinet Kerja.
Reshuffle kali ini mengangkat sejumÂÂlah nama-nama baru, diantaranya AirÂÂlangga Hartartato (Golkar), Sri Mulyani (DiÂÂrektur Bank Dunia), Eko Putro Sandjojo (PKB), Budi Karya Sumadi (bekas Dirut AngÂÂkasapura II), Muhadjir Effendi (bekas Rektor UMM), Asman Abnur (PAN), Enggartiasto LukiÂÂto (pengusaha mebel).
Berbagai respons atas perombakan kabinet tersebut masih terlihat biasa-biasa saja. SetidaÂÂknya gestur politik maupun gestur ekonomi tiÂÂdak memperlihatkan reaksi yang istimewa. KeÂÂbanyakan masih wait and see atas perombakan tersebut. Yang banyak muncul adalah harapan-harapan supaya susunan kabinet yang baru ini mampu membawa Indonesia dari perlambatan roda pertumbuhan ekonomi yang dampaknya mulai terasa berat di masyarakat.
Nama-nama baru yang masuk dalam KabiÂÂnet Kerja ini kebanyakan bukan nama asing. Nama baru yang perlu dikenalkan secara luas dan dikenalkan portofolionya kepada publik adalah Enggartiasto Lukito dan Chandra Tahar.
Kita sungguh menginginkan sekali supaya susunan baru Kabinet Kerja ini bisa benar-benar mampu mengatasi kelesuan ekonomi yang sedang dihadapi Indonesia. Jika ditarik lagi ke belakang, dorongan yang menguatkan dijalankannya perombakan kabinet adalah beÂÂban ekonomi. Pertumbuhan yang melambat melahirkan banyak tuntutan supaya kabinet dirombak menyesuaikan kebutuhan akan langÂÂkah-langkah perbaikan ekonomi.
Karena itulah, perombakan susunan kabiÂÂnet ini harus benar-benar didasarkan pada kemampuan kerja dalam menopang roda perÂÂekonomian bangsa supaya membaik. Jangan sampai perombakan ini dijalankan semata-maÂÂta atas lobi kekuatan politik dan mengabaikan kemampuan kerja.
Untuk membayangkan supaya reshuffle benar-benar bersih dari kepentingan politik jelas susah. Jabatan menteri dan yang sejajar adalah jahatan politik. Cuma, kita ingin supaya porsi kepentingan politiknya tidak sampai lebih besar dibanding pertimbangan atas kemamÂÂpuan kerja masing-masing anggota kabinet. Hal terpenting dari perombakan kabinet adalah bukan pada sosok yang diganti dan yang mengÂÂgantikan sebagai anggota kabinet. Yang harus diutamakan dari perombakan ini adalah meÂÂningkatnya kinerja kabinet setelah susunannya diubah.
Perombakan tidak akan memberi pengaruh banyak jika hanya nama-nama yang diubah dan kinerjanya tetap seperti semula. Perombakan seperti ini justru bisa dikatakan merugikan karena wacana perombakan kabinet sudah banyak sekali menguras energi.(*)
Bagi Halaman