LITERASI sedang digadang-gadang sebagai agenda besar nasional maupun provinsi Jawa Barat untuk menumbuhkan kembali habit membaca dan menulis di kalangan pelajar dan praktisi pendidikan. Ini sebagai upaya mewujudkan masyarakat yang literal yang cakap dalam berpikir dan dapat mempergunakan sumber-sumber pengetahuan untuk dapat menyelesaikan berbagai persoalan hidup.
Oleh: WULAN WIDANINGSIH , M.Pd
GURU SMPN 1 KEMANG BOGOR
Dalam kurikulim 2013, literasi telah masuk dalam agenda aktivitas belajar siswa. KegÂiatan 15 menit membaca sebeÂlum pembelajaran menjadi aktiÂvitas rutin yang wajib dilakukan oleh siswa di sekolah. SelanjutÂnya dilakukan monitoring oleh guru, dengan mengarsipkan resume buku yang dibuat siswa, kemudian hasil resume dipresÂentasikan dan didokumentasiÂkan kemudian diunggah dalam webset Literasi. Hingga mencaÂpai jumlah tertentu buku yang telah selesai dibaca, diresume, dan dipresentasikan, siswa berÂhak mendapatkan sertifikat litÂerasi yang ditandatangani kadisÂdik atau kepala sekolah.
Selanjutnya upaya literasi tiÂdak cukup sampai disitu, mencipÂtakan lingkungan yang literal juga diupayakan sedemikian rupa agar siswa dapat tumbuh miÂnat baca dan menulisnya secara maksimal. Dengan mengupayÂakan pojok baca di kelas, madÂing sekolah, redaton (reading maraton), wisata pustaka, lomba-lomba literasi, hingga jambore literasi. Kegiatan-kegitan tersebut sengaja dibuat untuk menumÂbuhkan minat baca dan menulis bagi siswa secara maksimal.
Hanya perlu dipahami oleh kita semua, bahwa literasi tiÂdak hanya sekedar pada tataÂran pembiasaan membaca dan menulis saja, tetapi program literasi perlu juga menitik beratÂkan pada literasi yang berbasis teknologi informasi. Menurut Clay (2001) dan Ferguson LiterÂasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir mengguÂnakan sumber-sumber pengetaÂhuan dalam bentuk cetak, visuÂal, digital, dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi. Dapat disimpulkan bahwa literasi yang dimaksud tidak sebatas melek membaca dan menulis tetapi juga melek IT, IT sebagai moÂtor jaman yang semakin lama semakin canggih. Jadi Literasi teknologi informasi sangat penting sebagai bagian dari keÂgiatan literasi sekolah.
Literasi Teknologi (TechnolÂogy Literacy) menurut Clay dan ferguson, yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peÂranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemamÂpuan dalam memahami teknoloÂgi untuk mencetak, mempreÂsentasikan, dan mengakses internet. Dalam prak- tiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematiÂkan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengopÂerasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan membanÂjirnya informasi karena perkemÂbangan teknologi saat ini, diperÂlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
Clay dan Ferguson juga menegaskan bahwa Teknologi informasi dewasa ini menjadi hal yang sangat penting unÂtuk mendukung kegiatan penÂdidikan. Teknologi Informasi diterapkan guna meningkatkan pengelolaan informasi karena meningkatnya kompleksitas dari tugas manajemen, karena pengaruh informasi internasiÂonal (global), dan karena perÂlunya waktu tanggap (respons time) yang lebih cepat dalam menyelesaikan masalah atau keÂbutuhan administratif.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa literasi tidak hanya mencakup kegiatan membaca dan menulis tetapi keÂmampuan mengakses teknologi informasi merupakan wacana literasi pula. Pada era digital ini tentunya upaya membaca dan menulis tidak hanya dilakukan dalam bentuk manual saja tetapi perlu adanya pemahaman akses digital pada siswa. Seperti pengÂgunaan bahan bacaan elektronÂik, membuka situs atau web, mengakses internet, mengirim email, memajang hasil tulisan di facebook dan berbagai kegiatan lainnya yang membutuhkan peran teknologi informasi.
Pencanangan literasi teknologi informasi dipandang perlu menjadi bagian dalam meÂnyelesaikan masalah kehidupan siswa dan praktisi pendidikan. Literasi IT dapat meningkatkan efisiensi dan efektifiatas pemÂbelajaran, juga dengan literasi teknologi informasi dapat meÂningkatkan kreativitas terutama para guru atau pendidik dalam membuat model-model pemÂbelajaran bagi siswanya. Dan berbagai kegiatan yang sifatnya administraif bagi guru dan siswa akan lebih mudah dikerjakan serta efisien.
Tentunya banyak faktor penentu demi terwujudnya litÂerasi teknologi informasi ini, diÂantaranya dengan membangun sarana dan prasarana jaringan teknologi informasi (LAN) di sekolah , membuat resep inoÂvasi-inovasi dalam pembelajaÂran digital , dukungan orangtua siswa dalam pengadaan sarana teknologi informasi di rumah, serta peran serta masyarakat seÂbagai sumber belajar siswa.
Literasi teknologi informasi pun dapat memberikan gairah baru bagi para pendidik dalam membuat inovasi dan kreativiÂtas pembelajaran, tidak hanya berdampak positif bagi pembeÂlajaran siswa, tetapi juga akan memberikan pengetahuan pada pendidik dan juga kemudahan dalam memenej berbagai pekerÂjaan yang berhubungan dengan pembelajaran.
Dengan Literasi Informasi maka pengetahuan siswa akan meningkat pesat s. Karena Siswa tidak lagi mencari sumÂber belajar hanya dari guru saja tetapi juga dari internet, bahkan bukan tidak mungkin referensi siswa lebih banyak dari guruÂnya. Oleh karena itu pendidik harus dapat berperan sebagai fasilitator yang handal dalam membimbing siswanya. Untuk itu dibutuhkan Literasi IT yang mapan bagi pendidik, dengan terus menempa diri dalam menÂguasai teknologi informasi.
Mungkin kita pernah menÂdengar “Sekolah tanpa KerÂtas†atau biasa disebut dengan “School with Paperless†yang kali ini kawan kawan dari IGI (Ikatan Guru Indonesia) menÂcoba membidani kegitanan ini. Sekolah Tanpa Kertas adalah wujud klimaks dari literasi teknologi informasi. Pendidik dan siswa cukup hanya memÂbawa tablet atau laptop dalam pembelajaran di kelas. Tidak perlu lagi LKS atau buku pelaÂjaran yang bertumpuk, namun cukup menggunakan e-book dan pengerjaan soal-soal dilakuÂkan secara digital atau bentuk telecomperent.
Impian klimak dari literasi teknologi informasi suatu saat bisa jadi terwujud, tergantung kita mau atau tidak mewujudÂkannya, tentu dengan kerja keras dan memulai pencananÂgan program literasi IT di sekoÂlah. Semoga. (*)
Bagi Halaman