WASHINGTON TODAY- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) umumkan dua belas jenis bakteri yang harus segera dicarikan obat antibiotik baru guna meredam perkembangannya.  WHO menganggap kedua belas bakteri itu menimbulkan ancaman terbesar bagi kesehatan manusia. Oleh sebab itu, WHO menyerukan pemerintah dan perusahaan farmasi untuk memprioritaskan pengembangan obat baru guna melawan bakteri-bakteri itu.

Sebagaimana dilansir CNN, WHO menggunakan beberapa kriteria untuk menentukan dua belas bakteri yang paling beresiko bagi manusia. Kriteria-kriteria itu antara lain tingkat resistensi yang tinggi, ratio kematian yang disebabkan bakteri, prevalensi bakteri di masyarakat dan kemampuan penanganan penyakit dalam sistem kesehatan. Bakteri berbahaya yang telah menunjukkan resistensi terhadap beberapa obat itu antara lain Acinetobacter baumannii dan Pseudomonas aeruginosa. Kedua bakteri itu biasa didapat di rumah sakit atau rumah jompo. Biasanya, pasien yang mudah terkena bakteri ini adalah pasien yang memakai peralatan seperti ventilator atau kateter darah. Enterobacteriaceae, yang meliputi bakteri seperti E.coli dan klebsiella, juga termasuk bakteri yang menimbulkan ancaman besar pada kesehatan manusia.

BACA JUGA :  Jadwal SIM Keliling Kabupaten Bogor, Selasa 23 April 2024

“Bakteri ini bertanggung jawab untuk tingkat kematian yang tinggi,” kata Dr Marie-Paule Kieny, asisten direktur jenderal WHO untuk sistem kesehatan dan inovasi WHO.

Secara global, menurut WHO, resistensi obat antibiotik telah terlihat di setiap negara. Dan bakteri yang resisten terhadap obat diperkirakan menyebabkan 700.000 kematian setiap tahun. Jika tidak ada tindakan yang diambil guna menangani masalah ini, WHO memperkirakan ‘gerombolan bakteri’ itu bisa membunuh 10 juta orang per tahun pada tahun 2050.

“Resiko kematian dari bakteri resisten adalah dua sampai tiga kali lebih besar,” kata Dr Carmem Pessoa da Silva, koordinator resistensi antimikroba WHO.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kabupaten Bogor, Kamis 25 April 2024

Publikasi WHO itu ditujukan untuk Majelis Umum PBB pada 2016. Kajian mandiri tentang hal itu diilhami oleh temuan pemerintah Inggris, yang pada tahun lalu menyimpulkan bahwa dunia kesehatan memerlukan daftar prioritas untuk menuntaskan masalah resistensi bakteri. Namun hingga kini obat baru untuk menangani masalah itu masih belum ditemukan.

WHO sendiri telah merilis panduan untuk mempromosikan penelitian dan pengembangan obat baru guna melawan dua belas bakteri itu. Namun, penelitian dan pengembangan itu dapat memakan waktu selama 10 tahun sebelum akhirnya obat tersebut bisa ‘dilempar’ ke pasaran.

“Antibiotik baru sulit untuk berkembang. Antibiotik biasanya digunakan sebagai pengobatan jangka pendek, bukan jangka panjang, yang berarti nilai insentif antibiotik kurang bagi perusahaan farmasi,” kata Kieny. (Yuska Apitya/cnn)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================