Nicke menambahkan, penurunan permintaan itu juga terlihat dari utilisasi pembangkit listrik yang menurun. Menurut catatannya, saat ini hanya 54 persen listrik saja yang berhasil terjual dari total kapasitas pembangkit listrik terpasang sebesar 51,86 Gigawatt (GW). “Menurut data kami, saat ini hanya 62 persen dari total kapasitas pembangkit sebesar 51 GW yang memproduksi listrik. Sementara itu, listrik sebesar 54 persen dari kapasitas totalnya berhasil terjual. Selain karena permintaan, itu disebabkan karena gardu induk yang sudah overload, jaringan yang kurang merata, dan faktor eksternal lain,” ungkapnya.

BACA JUGA :  Pj Wali Kota Bogor Lepas Kafilah MTQ ke Kabupaten Bekasi

Tak Ubah Target

Kendati demikian, PLN memasang target penjualan listrik sebesar 6,5 persen di tahun ini, atau sama dengan realisasi tahun lalu. Ini dikarenakan asumsi pertumbuhan ekonomi yang digunakan sebesar 5,1 persen pada tahun ini, atau meningkat tipis dibanding tahun lalu 5,02 persen. “Penjualan listrik harus tetap didorong. Jika tahun lalu pertumbuhan penjualannya 6,5 persen, maka tahun ini harusnya sama di angka 6,5 persen juga,” jelasnya.

BACA JUGA :  Sejarah Baru, Timnas Indonesia Melaju ke Semifinal Piala Asia U-23

Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017 hingga 2026, rata-rata pertumbuhan penjualan listrik selama 10 tahun ke depan adalah 8,3 persen. Pertumbuhan tertinggi disumbang dari golongan bisnis sebesar 9,5 persen, sementara pertumbuhan terendah akan disumbang dari sektor publik dan rumah tangga sebesar 8,6 persen. Hingga akhir 2016, penjualan listrik PLN tercatat 216 TWh atau meningkat 6,5 persen jika dibanding penjualan tahun sebelumnya 202,8 TWh. (Yuska Apitya/cnn)

Halaman:
« ‹ 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================